Satgas Siapkan Model Baru Masker 5 Lapis, Bisa Saring 88% Virus Corona

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.
Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito berpose usai memberikan keterangan di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (21/7/2020). Pemerintah resmi menunjuk Wiku Adisasmito menjadi juru bicara pemerintah menggantikan Achmad Yurianto.
Penulis: Pingit Aria
10/9/2020, 00.07 WIB

Virus corona telah menginveksi lebih dari 200 ribu orang di Indonesia, lebih dari 8.000 di antaranya meninggal dunia. Penggunaan masker diyakini menjadi salah satu cara yang paling ampuh dalam mencegah penularan Covid-19.

Juru bicara Satgas Nasional Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, pemerintah sudah menyiapkan masker dengan teknologi baru yang lebih efektif mencegah masuknya virus corona ke tubuh manusia. Masker berbahan kain lima lapis tersebut diproduksi di Indonesia dan sudah diuji coba di Jerman.

Masker tersebut mempunyai kemampuan filtrasi setara masker bedah. Proses penyaringan virus oleh masker ini mencapai 88% dan penyaringan bakteri 99%. Sebagai perbandingan, masker bedah bisa menyaring 80-90% virus dan 95-98% bakteri.

Menurut Wiku, meski menggunakan lima lapisan, pengguna masker ini akan tetap nyaman bernafas. “Masker ini berbahan baku utama polyester dengan teknologi antibakteri pada setiap benang,” katanya dalam webinar Teknologi Baru Masker Melawan Covid-19 yang diselenggarakan Katadata, Rabu (9/9).

Rencananya, Satgas akan membagikan masker lima lapis ini kepada masyarakat. “Diharapkan, pembuatan masker lima lapis ini juga bisa menggerakkan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) agar bisa membuat hal yang sama,” ujarnya.

Masker Kain Baru (Katadata)

 

Sementara itu, Inisiator dan Ketua Umum Gerakan Pakai Masker Sigit Pramono mengatakan, masker merupakan salah satu senjata untuk melawan Covid-19 selama vaksin belum berhasil dibuat. Namun, bukan tugas yang mudah untuk mengedukasi masyarakat untuk mau memakai masker.

Di tengah lonjakan kasus Covid-19 seperti sekarang, masih banyak orang yang tidak memakai masker di tempat umum. Gerakan Pakai Masker yang merupakan inisiasi sejumlah relawan dari kalangan profesional untuk melakukan sosialisasi penggunaan masker ke sejumlah tempat seperti pesantren, pasar rakyat dan tempat wisata.

Gerakan ini sudah mendatangi 9.200 pasar di seluruh Indonesia dan 44 ribu pesantren. “Tapi memang tidak mudah, masih banyak yang belum disiplin. Yang kami lakukan bukan meminta orang untuk memakai masker saja tetapi melakukan Gerakan perubahan perilaku,” kata Sigit.

Sigit juga mengusulkan pembentukan Satgas Penanganan Wabah Covid-19 Jakarta Metro Raya. Sebab, mobilitas masyarakat Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) begitu tinggi.

Menurut dia, manajemen penanganan pandemi harus diubah dan menggunakan pendekatan batas wilayah pemerintahan ke pendekatan berdasarkan pergerakan manusia yang ada di kota tersebut.

“Virus tidak mengenal batas imajiner yang diciptakan oleh manusia yang disebut batas wilayah pemerintahan. Virus mengikuti pergerakan manusia,” ujarnya.

Reporter: Rizky Alika