Pemerintah terus memburu pasokan vaksin virus corona untuk mengatasi pandemi. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir saat ini tengah bertandang ke Korea Selatan dalam rangka kerja sama pengembangan vaksin Covid-19.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengkonfirmasi hal itu dalam diskusi secara virtual, kamis (23/9). "Quick win yang harus dikejar adalah percepatan vaksin. Pak Erick Thohir sekarang berada di Korea Selatan, merupakan bagian dari langkah-langkah (kerja sama vaksin) ini," kata Arya.
Erick menyatakan pemerintah menempuh beragam cara untuk mempercepat ketersediaan vaksin baik lewat jalur bilateral dan multilateral. Pemerintah saat ini tengah menjajaki kerja sama dengan perusahaan farmasi penghasil vaksin Covid-19 seperti sen Genexine, CanSino, AstraZeneca, Pfizer, Johnson & Johnson, dan Novafax.
Adapun mekanisme kerja sama multilateral melalui UNICEF dalam kerangka COVAX Facility yakni program penyediaan vaksin corona untuk 92 negara berpendapatan rendah dan rendah-menengah. "Usaha kami untuk menyegerakan ketersediaan vaksin demi melindungi masyarakat, sudah di jalur yang tepat," ujar Erick Thohir.
Saat ini sudah terjalin beberapa kerja sama antara BUMN dengan perusahaan farmasi luar negeri. Pertama, PT Bio Farma (Persero) menggandeng produsen vaksin asal Tiongkok Sinovac yang tengah melakukan uji coba tahap ketiga vaksin Covid-19.
Bio Farma yang saat ini menyatakan mampu memproduksi 350 juta dosis vaksin pada 2021 juga mendapat komitmen prioritas dalam supply vaksin pada April-Desember 2021 mendatang. Kedua, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) kerja sama dengan perusahaan teknologi asal Uni Emirat Arab G42 Healthcare Holdings dalam pengembangan produk vaksin Covid-19.
Dua kesepakatan kerja sama itu saat Erick Thohir dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berkunjung ke Tiongkok dan Uni emirat Arab pada Agustus 2020.
Selain mengembangkan vaksin bersama dengan pihak asing, pemerintah turut menggandeng pihak dari dalam negeri, LBME Eijkman, mengembangkan vaksin Merah-Putih. Targetnya, tahun depan vaksin ini mulai diuji klinis dan bisa produksi pada 2022 mendatang.
"Kami tahu kebutuhan sangat besar terhadap vaksin. Lalu, bukan berarti sekali vaksin bisa tahan seumur hidup, maka mau-tidak mau, kami akan fokus untuk mengadakan vaksin buatan dalam negeri," kata Arya.
Saat ini berbagai negara di dunia berupaya mengakses vaksin virus corona. Lembaga riset McKinsey McKinsey membuat tiga skenario dalam menentukan kapan pandemi Covid-19 berakhir di Amerika. Berakhirnya pandemi akan tergantung dari keandalan vaksin dan dampaknya terhadap pembentukan kekebalan di masyarakat atau herd immunity.
Skenario pertama, bila vaksin mulai disitribusikan pada kuartal pertama 2021 dan vaksin ini terbukti ampuh dan aman menangkal virus. Selain itu proses distribusi dan administrasi vaksin pun berjalan dengan cepat. Dengan perkiraan itu, maka pada kuartal kedua 2021 mulai terbentuk herd immunity dan kasus corona menjadi melandai dan terus mendekati angka nol pada 2023.
Skenario kedua, bila vaksin yang didistribusikan pada awal 2021 mengalami masalah distribusi dan adopsi yang lambat. Dengan asusmsi penyebaran vaksin membutuhkan waktu enam bulan, akhir epidemiologis dari pandemi mulai kuartal keempat 2021.
Skenario terburuk, jika efektivitas vaksin yang rendah atau mengalami masalah kemanjuran dan keamanan serta kekebalan alami yang terbentuk hanya dalam durasi yang singkat. Maka, herd community kemungkinan akan terbentuk setelah 2022 dan Amerika Serikat masih akan terus memerangi corona pada 2023.