Kementerian Agama menyatakan ada 2.332 kasus positif virus corona di pesantren. Jumlah tersebut berasal dari 39 pondok pesantren yang tersebar di 11 provinsi.
Kepala Subdit Pendidikan Pesantren Direktorat Pendidikan Pondok Pesantren Kementerian Agama Basnang Said mengatakan berdasarkan data hingga 20 Oktober 2020, sebanyak 2.326 santri dan 16 ustaz atau ustazah terpapar Covid-19.
“Sekitar 90% dari kasus tersebut merupakan orang tanpa gejala (OTG),” ujar Basnang dalam webinar “Bagaimana Menerapkan 3M di Pondok Pesantren?” yang diselenggarakan Katadata pada Jumat (6/11).
Menurut Basnang, potensi penularan virus corona berasal dari santri dan guru yang tidak menetap. Para santri dan guru tersebut berpotensi menyebarkan virus corona ketika kembali masuk ke pesantren.
Adapun jumlah pesantren di Indonesia saat ini mencapai 27.722 unit yang mayoritas berada di Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur. Sedangkan jumlah santri mencapai 4,2 juta orang, baik yang menetap maupun tidak menetap.
Selain itu, jumlah santri yang melebihi kapasitas pondok pesantren juga mempercepat penyebaran Covid-19. Apalagi, para santri tidak bisa menjalankan protokol kesehatan dengan benar.
"Santri tidak bisa memakai masker terus menerus, terkadang mereka melepasnya di kamar,” kata Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Soegijapranata Sugeng Ibrahim.
Dengan kondisi tersebut, Sugeng menyarankan para santri yang menderita asma, TBC, maupun penyakit paru lainnya tidak kembali bermukim di pesantren. Pengurus pesantren juga diimpau karantina wilayah atau lockdown sehingga tidak ada orang yang keluar-masuk pesantren.
Langkah tersebut dinilai ampuh melindungi santri dan kiai. “Ancaman bahaya itu ada pada kiai yang di atas 59 tahun dan dengan penyakit komorbid,” kata Sugeng.
Selain itu, pengurus pesantren harus memiliki guru khusus yang bertugas sebagai kepala kamar dan ketua kelas. Guru tersebut dapat menegakkan protokol kesehatan di pesantren, seperti menegur dan memberi sanksi bagi santri yang tidak memakai masker.
Sedangkan para santri diimbau tidak saling bicara ketika makan bersama. Pasalnya, penularan virus corona bisa terjadi melalui percikan air atau droplet yang keluar ketika orang berbicara tanpa mengenakan masker.
Terakhir, Sugeng meminta seluruh santri dan para guru menerapkan disiplin 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Hal itu penting untuk menekan penyebaran Covid-19.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan