Mengoptimalkan Sistem Rantai Pasok Agribisnis dari Hulu ke Hilir

Katadata
Penulis: Dini Hariyanti - Tim Riset dan Publikasi
13/11/2020, 14.41 WIB

Pengembangan sistem logistik sangat krusial untuk menjamin kelancaran pemasaran serta distribusi pangan lebih terjangkau dan merata. Namun kenyataannya, sektor pertanian kerap menghadapi mismatch antara produksi dengan pemasaran.

Guru Besar Ilmu Ekonomi IPB Muhammad Firdaus menjelaskan, salah satu penyebabnya jeda waktu yang cukup panjang antara masa tanam dengan saat produk dikonsumsi. Alhasil, tak mudah menemukan petani yang bisa memenuhi persis keinginan pasar, secara kualitas maupun kuantitas.

Menurut akademisi yang juga pembina petani tersebut, kondisi ini menyebabkan petani maupun konsumen sering menghadapi ketidakpastian pasokan dan harga.

Optimalisasi manajemen produksi dan pemasaran hasil pertanian lebih mudah bila petani memiliki contoh nyata yang bisa ditiru. Kehadiran proyek percontohan model inclusive closed-loop (rantai pasok terintegrasi), kata Firdaus, layak menjadi referensi dalam upaya peningkatan produktivitas dan pemasaran produk agribisnis.

Closed-loop merupakan pendekatan yang mengintegrasikan aktivitas hulu hingga hilir agribisnis secara lintas sektor. “Tujuannya, untuk bersama-sama memperbaiki produktivitas dan proses pemasaran pangan secara lebih baik,” ujar Firdaus mengutip dari paparan daringnya terkait closed-loop.

Dalam situasi seperti saat pandemi Covid-19 sekarang, sektor pangan menjadi semakin strategis. Pasalnya, apabila pangan tidak tercukupi maka dikhawatirkan akan memicu krisis pangan yang bisa mengganggu stabilitas sosial maupun perekonomian.

Terlebih, dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Ketahanan Pangan 2019 disebutkan bahwa pangan dan pertanian merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan di dalam sistem agribisnis, mulai dari hulu sampai ke hilir.

Oleh karena itu, keruwetan persoalan logistik produk pangan yang berlarut-larut dapat menambah rumit persoalan-persoalan di sektor pertanian. Padahal, manajemen logistik yang baik menjadi elemen penting dalam pengelolaan rantai pasok agribisnis secara efisien.

Asdep Pengembangan Agribisnis Hortikultura Kemenko Perekonomian Yuli Sri Wilanti mengatakan, melihat  tantangan-tantangan yang ada maka rantai pasok pertanian penting untuk dioptimalkan. Hal ini bertujuan untuk memastikan seluruh rantai, dari hulu hingga hilir, dapat terpantau secara transparan.

“Peluang kolaborasi berbagai pihak untuk bekerja sama mengoptimalkan semua potensi dan sumber daya yang ada guna memecahkan berbagai tantangan di sektor pertanian menjadi terbuka lebar,” ujar Yuli.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mencermati tantangan dan permasalahan dalam upaya mengoptimalkan rantai pasok terintegrasi (inclusive closed loop) produk pangan di Tanah Air ini.  Model kemitraan dari hulu ke hilir tersebut merupakan salah satu isu penting yang akan dibahas dalam Jakarta Food Security Summit kelima (JFSS-5) yang akan digelar pada 18-19 November 2020 mendatang. JFSS-5 tersebut mengangkat tema “Pemulihan Ekonomi Nasional untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Meningkatkan Kesejahteraan Petani, Peternak, dan Nelayan”.

Menurut Ketua Komisi Tetap Bidan Hortikultura Kadin Karen Tambayong, melallui rantai pasok terintegrasi atau inclusive closed loop maka optimalisasi rantai pasok di industry agribisnis menyentuh sejak tataran petani, yakni mulai fase menggarap lahan dan pemilihan benih.

“Kami gotong royong mendampingi petani dan melihat bagaimana mereka berproses. Memang yang dibutuhkan adalah pendampingan dan gotong royong. Kalau closed loop diterapkan kepada semua komoditas, maka Indonesia akan jadi lebih baik lagi,” ujar Karen.

Tak bisa dipungkiri bahwa keberhasilan petani untuk bertahan dipengaruhi pula oleh keberhasilan dalam membangun dan mempertahankan kerja sama multipihak. Hal ini merupakan faktor mendasar dalam manajemen rantai pasok agribisnis.

Silakan Anda mendaftar dan jadi bagian dari acara Jakarta Food Security Summit-5 pada 18-19 November 2020 di https://katadata.co.id/JFSS2020 dan dapatkan e-certificate.