Indonesia merupakan negara agraris. Namun, rata-rata orang Indonesia kurang makan buah dan sayur. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
Menurutnya, konsumsi buah dan sayur masyarakat Indonesia belum memenuhi standar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "Sebagian besar masyarakat Indonesia belum memenuhi konsumsi buah dan sayur yang direkomendasikan, yaitu sekitar 400 gram/hari," kata Terawan dalam Jakarta Food Security Summit atau JFSS 2020 yang disiarkan secara daring, Kamis (19/11).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018 menyebutkan, sebanyak 95,5% penduduk usia di atas 5 tahun masih kurang mengonsumsi sayur dan buah. Sementara, studi Diet Total 2014 menyebutkan, kualitas asupan energi total masyarakat indonesia bersumber dari karbohidrat, terutama nasi, sebanyak 243,9 gram per orang per hari dan protein 61,2 gram per orang per hari.
Padahal, pangan dan gizi memiliki peran penting dalam meningkatkan imunitas sehingga dapat mencegah penularan Covid-19. Di sisi lain, pandemi juga telah berdampak pada peningkatan risiko penurunan ekonomi keluarga sehingga menjadi rawan pangan. "Ini akan memengaruhi status gizi setiap kelompok rentan seperti ibu hamil, remaja dan balita," ujar dia.
Simak Databoks berikut:
Kementerian Kesehatan pun berupaya menyeimbangkan gizi masyarakat melalui penyuluhan dan pendidikan gizi. Hal ini diharapkan dapat mengubah perilaku pla hodup sehat dan sadar gizi pada masyarakat.
Ia juga berharap, masyarakat dapat terbiasa mengonsumsi pangan yang beragam, yaitu karbohidrat, protein, buah, dan sayur secara seimbang. Bila gizi seimbang diterapkan, masyarakat dapat terhindar dari kekurangan atau kelebihan gizi serta mengurangi potensi terjangkit penyakit tak menular.
"Diharapkan kualitas hidup sehat dapat tercapai dan berkontribusi terhadap pencapaian perbaikan gizi masyarakat," katanya.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menyoroti rendahnya konsumsi protein di Indonesia. Konsumsi daging ayam dan daging sapi disebut masih rendah di antara negara ASEAN lainnya.
Bahkan, tingkat konsumsi daging ayam dan sapi di Indonesia lebih rendah dibandingkan tingkat konsumsi rokok. "Jadi orang Indonesia lebih penting rokok daripada makan protein dalam ayam dan daging sapi," ujar Bambang.
Oleh karenanya, pemerintah melakukan inovasi melalui produk biotech untuk ayam lokal unggul dan sapi. Upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ayam dan sapi sehingga pasokannya mencukupi. "Kalau pasokan cukup, harga akan terjangkau," katanya.