Lewat sepekan sejak Presiden Joko Widodo memerintahkan pemangkasan cuti bersama, para menteri belum juga mengumumkan kebijakannya. Beberapa kali rapat telah digelar, namun belum membuahkan hasil.
Rapat terakhir digelar Senin (30/11) kemarin. Namun Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan kebijakan terkait cuti bersama masih perlu dibahas dengan menteri dan lembaga lainnya.
"Belum (ada keputusan). Masih akan dibicarakan dengan beberapa menteri dan lembaga, yang waktu rapat tadi tidak diundang," kata Muhadjir kepada Katadata, Senin (30/11).
Bagaimanapun, hingga memasuki awal Desember, ia belum memastikan kapan rapat lanjutan tersebut akan digelar. Yang pasti, ia akan segera mengumumkan kebijakan tersebut kepada publik begitu ada keputusan final. "InsyaAllah langsung (disampaikan)," ujar dia.
Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo meminta para menteri untuk memangkas cuti bersama pada akhir tahun ini sejak pekan lalu. Hal ini disampaikan dalam rapat terbatas yang membahas penanganan Covid-19.
"Masalah cuti bersama akhir tahun termasuk libur pengganti hari raya Idul Fitri, Presiden berikan arahan supaya ada pengurangan," kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy pada konferensi pers di Kantor Presiden, Senin (23/11).
Sebelumnya pemerintah memutuskan cuti bersama hari raya Natal akan tersambung dengan cuti Idul Fitri yang dipindahkan dari Mei 2020. Cuti Natal adalah hari Kamis, 24 Desember 2020, sedangkan Natal jatuh pada Jumat, 25 Desember 2020. Sementara, cuti pengganti bersama hari raya Idul Fitri jatuh pada 28, 29, 30, dan 31 Desember 2020 dan 1 Januari 2021. Jika ditotal, maka jumlah cuti dan libur akhir pekan pada periode tersebut mencapai sebelas hari.
Muhadjir pun menggelar rapat tingkat menteri pada Rabu (25/11), lalu Jumat pekan lalu (27/11). Namun, belum ada keputusan terkait hal tersebut sehingga rapat dilanjutkan pada Senin (30/11).
Berikut adalah Databoks peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia:
Sebelumnya, pemangkasan cuti bersama akhir tahun menimbulkan pro dan kontra. Keputusan Jokowi itu mendapatkan dukungan dari pihak pengusaha.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Industri Johnny Darmawan menjelaskan swasta acapkali menanggung beban lebih besar lantaran harus membayar biaya lembur kepada pegawainya saat cuti panjang.
Di sisi lain, libur yang terlalu lama dinilai tidak baik bagi perusahaan tertentu lantaran mesin produksi harus beroperasi selama 24 jam. "Jadi bagus kalau cuti bersama dikurangi," kata Johnny saat dihubungi Katadata, Selasa (24/11).
Johnny pun menilai, Indonesia termasuk negara yang paling banyak memiliki hari libur nasional maupun keagamaan. Padahal, peningkatan produktivitas dapat dilakukan bila jam kerja di dalam negeri tidak lebih rendah dibandingkan negara lainnya. Tak hanya itu, jam kerja yang lebih banyak dinilai dapat membantu pengusaha untuk mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain.
Johnny juga khawatir aktivitas manufaktur akan kembali menurun lantaran hari kerja yang lebih sedikit pada bulan Desember. Apalagi menurutnya, kegiatan ekonomi kembali pulih sepanjang Agustus hingga November ini.
Ia memastikan, secara umum perubahan jumlah cuti bersama ini tidak akan mengganggu rencana kerja swasta. "Kalau ada pengusaha yang melakukan perencanaan setahun, perubahan dadakan menjadi tidak mudah. Tapi lebih baik dikurangi liburnya daripada tidak," kata mantan Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor tersebut.
Kebutuhan Industri Pariwisata
Harapan berbeda akan libur panjang di akhir tahun datang dari para pelaku usaha wisata. Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan, wisatawan domestik umumnya akan meningkat saat libur Lebaran, libur sekolah, serta libur Natal dan tahun baru.
"Jadi harapan kami bisa jadi pupus. Masuk Januari sudah low season lagi," kata Maulana saat dihubungi Katadata, Kamis (26/11).
Menurutnya, okupansi hotel selama sembilan bulan belakangan sudah rendah. Dia khawatir jika cuti bersama dipangkas, kondisi ini akan berlanjut hingga Januari bahkan April 2021.
Oleh karena itu, ia khawatir pengusaha hotel yang dapat bertahan selama pandemi ini jumlahnya tidak besar. Maulana pun menyebutkan, lonjakan okupansi kerap terjadi saat libur panjang.
Bercermin pada libur panjang saat Agustus dan Oktober lalu, okupansi hotel mengalami peningkatan sebesar 5% dari rata-rata tingkat keterisian. Meski demikian, pengusaha menganggap kenaikan tersebut dinilai kecil. Sebagai perbandingan, sepanjang 2019 lalu, tingkat okupansi hotel yang paling rendah hanya sebesar 40%. "Itu pun hanya berlangsung satu bulan," ujar Maulana.
Dengan kondisi tersebut, dia khawatir Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan dapat kembali meningkat. Hal ini disebabkan karena rendahnya okupansi yang berlangsung dalam jangka waktu lama.
Melansir dari Antara, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan para pelaku usaha sektor pariwisata sangat berharap banyak dari momentum libur akhir tahun ini. Menurutnya, tingkat pemesanan sejumlah hotel di Bali, khususnya Benoa, telah mencapai 80% hingga Desember mendatang.
Sementara, pemesanan hotel di Nusa Dua sudah mencapai sekitar 40% dan akan terus meningkat. "Artinya pariwisata kita sebetulnya sangat menjanjikan, tapi memang para pelaku pariwisata sangat betul-betul berharap dengan liburan akhir tahun ini," kata dia dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Percepatan Pengembangan Lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas di Jakarta, Jumat (27/11).
Salah satu pendiri PT Net Mediatama Televisi itu menyebutkan, Muhadjir telah menghubunginya terkait libur akhir tahun ini. Muhadjir pun berharap, sektor pariwisata dapat terbantu dengan libur akhir tahun tersebut.
"Beliau juga ke Bali dan dia berharap betul pariwisata bisa terbantu pada akhir tahun ini karena booking-an banyak. Ini butuh bantuan Pak Luhut agar ada kesempatan pariwisata bangkit," kata dia dalam rapat koordinasi yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.
Berikut adalah Databoks terkait dengan dampak Covid-19 terhadap berbagai sektor industri:
Di sisi lain, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, pengurangan cuti bersama bisa saja memutus rantai Covid-19 dari kerumunan masyarakat.
Bagaimanapun, ia menilai penularan virus corona bisa tetap terjadi meski ada pengurangan libur panjang di akhir tahun. "Bukan tiadakan libur karena penularan bisa terjadi kapan saja," katanya.
Hal terpenting yang harus dilakukan, lanjut dia, ialah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap virus corona. Sebab, pencegahan penularan sulit dilakukan jika masih ada masyarakat yang tidak percaya terhadap keberadaan Covid-19.
Di sisi lain, ia menilai perlunya peningkatan pengetesan (testing), pelacakan (tracing), dan pengobatan (treatment). Kemudian, perlu dipastikan penerapan protokol kesehatan dijalankan dengan baik. "Selama bisa putuskan rantai penularan, maka bisa putuskan pandemi," ujar Amin.