Para ahli kesehatan menemukan bahwa pasien Covid-19 bisa mengalami gejala dalam waktu lama. Meskipun, pasien tersebut telah dinyatakan sembuh dari virus corona.
Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI RS Persahabatan, dr.Agus Dwi Susanto Sp.P (K), menyebut hal itu sebagai long Covid-19. Istilah tersebut merujuk pada kondisi di mana pasien merasakan gejala-gejala yang menetap dalam waktu lama, bisa berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, meskipun hasil tes negatif.
Menurut Agus, kondisi itu dapat terjadi bukan karena ada virus yang tertinggal dalam tubuh. Pasalnya, pasien sudah dinyatakan sembuh. Long Covid-19 justru muncul karena virus corona dapat menimbulkan kelainan anatomi yang mempengaruhi fungsi organ tubuh.
Kondisi tersebut biasanya menyerang pasien lanjut usia yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid, seperti jantung dan paru-paru kronis. Begitu juga dengan pasien yang memiliki potensi risiko penyakit kronis seperti orang-orang dengan kebiasaan merokok.
Meski begitu, tak menutup kemungkinan long Covid-19 menyerang mereka yang tanpa penyakit penyerta. "Banyak yang belum kita ketahui, tetapi beberapa populasi tanpa komorbid dan faktor risiko bisa mengalami long Covid-19," kata Agus dalam acara "Mewaspadai Efek Panjang Covid-19" yang diselenggarakan secara virtual pada Kamis (3/12).
Adapun gejala long Covid-19 sangat berbeda dengan gejala awal terinfeksi virus corona. Gejala awal biasanya berupa demam, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan yang hanya muncul dalam beberapa hari.
Sedangkan gejala long Covid-19, kata Agus, berupa sesak nafas atau nafas berat. Hal itu dialami oleh 20-30% pasien. Kondisi tersebut timbul karena adanya gangguan jaringan paru akibat infeksi Covid-19.
Selain itu, pasien merasakan kelelahan kronis di mana badan terasa letih dalam beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Hal itu dialami oleh 60% pasien Covid-19 di Inggris.
Gejala lainnya berupa nyeri sendi dan nyeri otot, gangguan perut, hingga gejala perasa atau pembau. Bahkan sejumlah pasien merasakan gangguan psikologis berupa depresi setelah sembuh dari Covid-19.
Lebih lanjut dia mengatakan gejala long Covid-19 itu bisa disembuhkan. Caranya dengan terapi pengobatan selama berbulan-bulan.
"Khusus penyakit paru-paru, bisa kembali dalam 2-3 bulan dengan terapi dari dokter spesialis paru. Kemungkinan sembuhnya bisa mencapai 70%," katanya.
Covid-19 Dapat Berdampak pada Jantung
Selain menyebabkan long Covid-19, virus corona yang menginfeksi tubuh juga dapat mempengaruhi kerja jantung. Ahli Jantung di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, dr.isman firdaus Sp. Jp (K), mengatakan pada dasarnya Covid-19 dapat menyebabkan tubuh kekurangan oksigen atau hipoksia, peradangan, dan gangguan pembekuan darah.
Hal itulah yang menyebabkan gangguan pada jantung. Seperti hipoksia yang dapat menyebabkan cedera jantung sehingga kemampuan memompa darah menurun.
Selain itu, hipoksia bisa menyebabkan pembuluh darah menyusut terutama di paru-paru yang menyebabkan kinerja jantung bagian kanan menurun. Dampak lebih parah akan dirasakan pasien Covid-19 yang telah memiliki riwayat gangguan jantung.
Isman pun mewanti-wanti agar pasien-pasien yang memiliki penyakit jantung semaksimal mungkin mencegah terinfeksi virus corona. Pasalnya, pengobatan pasien Covid-19 dengan penyakit penyerta jantung sangat susah dan berisiko tinggi.
Oleh karena itu, dia mengingatkan agar pasien dengan gangguan jantung untuk selalu menerapkan 3M, yaitu menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. "Jangan sampai terkena Covid-19. Lebih baik mencegah dibandingkan mengobati," kata Isman.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan