Satu dari 4 Orang Terancam Tak Dapat Vaksin Covid-19 hingga Tahun 2022

ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Osorio/wsj/cf
Foto oleh Carlos Osorio. Seorang tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin penyakit virus korona (COVID-19) Pfizer/BioNTEch kepada seorang tenaga pendukung pribadi Anita Quidangen di The Michener Institute, di Toronto, Canada, Senin (14/12/2020).
16/12/2020, 19.25 WIB

Satu dari empat orang mungkin tidak mendapatkan vaksin virus corona setidaknya sampai tahun 2022. Penyebabnya, negara-negara kaya yang penduduknya kurang dari 15% populasi global telah mencadangkan 51% dari dosis vaksin yang paling menjanjikan saat ini.

Peneliti dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg di Amerika Serikat mengatakan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah harus berbagi sisa vaksin yang ada. Padahal, jumlah penduduk di negara tersebut mencapai lebih dari 85% populasi dunia.

“Ketidakpastian akses global terhadap vaksin Covid-19 tidak hanya berasal dari pengujian klinis yang sedang berlangsung, tetapi juga dari kegagalan pemerintah dan produsen vaksin untuk lebih transparan dan bertanggung jawab atas pengaturan tersebut,” ujar peneliti tersebut dilansir dari Reuters pada Rabu (16/12).

Pada 15 November 2020, negara-negara berpenghasilan tinggi telah memesan hampir 7,5 miliar dosis vaksin dari 13 produsen. Itu termasuk Jepang, Australia dan Kanada yang secara kolektif memiliki lebih dari 1 miliar dosis tetapi menyumbang kurang dari 1% dari kasus virus corona secara global.

Bahkan jika vaksin produsen terkemuka mencapai proyeksi kapasitas produksi maksimum mereka, hampir 25% populasi dunia mungkin tidak mendapatkan vaksin untuk satu tahun lagi atau lebih.

Koalisi People's Vaccine Alliance pekan lalu mengatakan perusahaan farmasi harus secara terbuka membagikan teknologi dan kekayaan intelektual mereka melalui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dengan begitu, lebih banyak dosis yang bisa diproduksi untuk kebutuhan global.

Para peneliti John Hopkins mengatakan Fasilitas COVAX WHO dapat memainkan peran kunci dalam memastikan akses yang lebih adil dan merata. Namun, COVAX hanya mendapatkan 500 juta dosis, jauh di bawah target untuk memberikan setidaknya 2 miliar dosis pada akhir 2021.

Diluncurkan pada bulan April 2020, Covax bertujuan untuk mengumpulkan dana dari negara-negara kaya dan organisasi nirlaba untuk mempercepat pengembangan dan pembuatan vaksin virus corona. Kemudian, mendistribusikannya secara merata di seluruh dunia.

Sejauh ini, COVAX telah mendapatkan setengah dari dana yang dibutuhkan. Meskipun Amerika Serikat serta Rusia yang merupakan pemain kunci dalam pengembangan dan pembuatan vaksin belum bergabung dengan COVAX. 

Di sisi lain, Ahli Epidemiologi dari FKM Universitas Indonesia, dr. Syahrizal mengatakan vaksin merupakan intervensi kesehatan terbaik di abad ke-20. Vaksin terbukti mampu menurunkan angka kematian dan kesakitan.

Selain itu, dalam situasi menunggu vaksin, bahkan nanti setelah masyarakat mendapatkan vaksin sekalipun, masyarakat perlu disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M. “Karena vaksin ini pasti pemberiannya bertahap, munculnya kekebalan kelompok di masyarakat juga bertahap," kata Syahrizal pada Kamis (3/12).

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan