Stigma Negatif Sebabkan Pasien Covid-19 Depresi hingga Bunuh Diri

ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko/foc.
Psikolog memberi motivasi kepada pasien COVID-19 yang menjalani karantina di Rusunawa IAIN Tulungagung, Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (23/12/2020). Gangguan kejiwaan sering terjadi pada pasien Covid-19. Salah satunya karena stigma negatif terhadap pasien.
28/12/2020, 15.25 WIB

Pasien Covid-19 kerap mengalami stigma negatif dari masyarakat. Itu lantaran banyak orang takut tertular penyakit tersebut. 

Padahal dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dapat menghindarkan sesorang dari infeksi virus corona. Selain itu, penyakit tersebut dapat disembuhkan sehingga label negatif seharusnya tidak diberikan kepada pasien Covid-19.

Di sisi lain, stigma negatif justru sangat berdampak pada kesembuhan hingga kesehatan mental pasien. Pengajar KSM Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Hervita Diatri mengatakan stigma negatif menyebabkan pasien Covid-19 dijauhi dan tidak bisa berkomunikasi dengan masyarakat. 

Hal itu menyebabkan pasien merasa sedih dan cemas sehingga imunitas turun. Padahal imunitas itu penting untuk kesembuhan pasien. "Kalau merasa sedih, imunitas turun, kemungkinan gejala muncul lagi," ujar Hervita dalam Talkshow "Setop Stigma: Sebar Cinta Saat Pandemi" yang disiarkan dari Youtube BNPB Indonesia pada Senin (28/12).

Selain itu, stigma negatif juga menyebabkan gangguan kejiwaan. Hervita menyebut sebanyak 30-40% pasien yang telah sembuh mengalami ansietas depresi. Bahkan beberapa di antaranya memutuskan untuk buhuh diri.

Hal itu terjdi karena pasien tidak mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar. Mereka justru dikucilkan bahkan ketika telah sembuh dari Covid-19. "Kasus bunuh diri cukup tinggi, karena pulang rawat masih banyak psikososial yang terjadi," ujarnya.

Salah satu penyitas Covid-19, Nia Oktavia Aksara, membenarkan bahwa terjadi gangguan mental akibat stigma negatif dari masyarakat. Dia bahkn menyebut telah bolak-balik ke psikolog untuk mengatasi hal tersebut. 

Adapun gangguan mental yang dihadapinya berupa kecemasan. "Saya merasa khawatir. Saya merasa bisa menularkan biarpun saya sudah sembuh," ujar Nia. 

Dengan kondisi tersebut, Nia pun memutuskan untuk menghindari pertemuan dan keluar rumah. Dia pun lebih fokus menguatkan mental dan berolahraga agar bisa terus bahagia.

Dengan cara tersebut, Nia berharap dia tidak lagi tertular Covid-19. "Dokter yang menangani saya bilang jangan stress, nanti tumbang lagi, harus happy," kata dia.  

 

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan