Batch Kedua 1,8 Juta Vaksin Sinovac dari Tiongkok Tiba di Indonesia

YouTube Sekretariat Presiden
Tangkapan layar kanal YouTube Sekretariat Presiden yang menayangkan kedatangan 1,8 juta dosis vaksin Sinovac asal TIongkok di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Kamis (31/12).
Penulis: Happy Fajrian
31/12/2020, 13.31 WIB

Batch kedua vaksin virus corona buatan perusahaan farmasi asal Tiongkok Sinovac Biotech Ltd. yang bernama CoronaVac akhirnya tiba di Indonesia melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, siang ini, Kamis (31/12).

Di tengah guyuran hujan lebat, pesawat kargo khusus milik maskapai pelat merah, Garuda Indonesia, mendarat dengan selamat di landasan pacu. Dengan ketibaan ini, total dosis vaksin CoronaVac yang telah tersedia di Indonesia saat ini sebanyak 3 juta dosis.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan bahwa vaksin tersebut akan dikirim ke fasilitas penyimpanan milik Bio Farma di Bandung, untuk disimpan sesuai protokol penyimpanan vaksin secara aman sesuai standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).

"Alhamdulillah hari ini telah tiba 1,8 juta vaksin Sinovac dari Tiongkok. Ini merupakan pengiriman batch kedua setelah pengiriman batch pertama sebanyak 1,2 juta dosis pada 6 Desember 2020," kata Menlu Retno di Bandara Soetta melalui Chanel YouTube Sekretariat Presiden.

Retno menambahkan, pada Januari juga akan tiba 15 juta dosis vaksin virus corona Sinovac asal Tiongkok dalam bentuk bahan baku yang akan dimanufaktur oleh Bio Farma.

Pemerintah juga terus berupaya mengamankan suplai vaksin dari berbagai sumber lainnya seperti Novavax, AstraZeneca, dan Pfizer-BioNTech, seperti terlihat pada databoks berikut:

Pada Rabu (30/12) Indonesia telah menandatangani komitmen penyediaan vaksin dengan Novavax yang menggunakan platform protein sub unit recombinant dari Amerika Serikat (AS) sebanyak 50 juta dosis.

"Kemudian dari AstraZeneca yang menggunakan platform viral factor yang berasal dari Inggris, juga sebanyak 50 juta dosis. Pembicaraan juga tengah dilakukan secara paralel dengan Pfizer-BioNTech dari AS dan Jerman," kata Retno.

Pemerintah Indonesia juga telah mengirimkan dua dokumen aplikasi, yakni vaccine request dan technical assistant form kepada Covax pada November dan Desember. Pemerintah juga akan mengawal sub misi dokumen lainnya terkait cold chain equipment (CCE) terkait dukungan teknis penyediaan sistem pendingin vaksin pada kuartal pertama 2021.

"Kementerian Kesehatan dan Kementerian Luar Negeri, dan pihak lainnya akan berkoordinasi erat untuk memastikan semua infrastruktur logistik vaksin di dalam negeri sesuai dengan kebutuhan jenis vaksin yang dipesan," tukas Retno.

SIMULASI VAKSIN COVID-19 DI SURABAYA (ANTARA FOTO/Moch Asim/rwa.)

Perkembangan Izin Penggunaan Darurat

Sementara itu terkait perkembangan pemberian Emergency Use Authorization (EUA) atau izin penggunaan darurat vaksin virus corona di Tanah Air, Retno menyampaikan perkembangan yang positif. Hal ini terkait pemberian EUA vaksin AstraZeneca oleh Medicines and Healthcare Product Regulatory Agency (MHRA) Inggris.

"MHRA merupakan stringent regulatory authorities yang memiliki mekanisme reliance dengan BPOM. Melalui mekanisme ini, pemberian EUA vaksin AstraZeneca di Indonesia akan lebih mudah karena hasil EUA di Inggris akan menjadi basis bagi BPOM," kata kata Menlu.

Sebelumnya kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito telah menegaskan bahwa seluruh pihak dan lembaga terkait di Indonesia secara terkoordinasi mengupayakan untuk mempercepat proses EUA. Proses ini pun tidak akan mengabaikan faktor keamanan, efektivitas, dan kualitas vaksin.

Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto mengatakan bahwa Turki telah mengeluarkan EUA untuk vaksin CoronaVac dari Sinovac. "Mereka sudah berkomunikasi dengan BPOM Indonesia," kata dia.

Selain itu hasil dari uji klinis vaksin tersebut oleh Bio Farma di Bandung, lanjut Airlangga, dalam 1-2 hari ini diharapkan dapat segera selesai. Data tersebut kemudian akan dikombinasikan dengan data dari Brasil. "Harapannya dengan sharing data ini EUA bisa segera diterbitkan," kata dia.

Pemerintah juga tengah memastikan kehalalan vaksin tersebut. Terkait hal ini Airlangga menjelaskan bahwa Majelis Ulama Indonesia telah berkunjung ke Bandung. Beberapa negara muslim lainnya yang membeli vaksin ini juga telah memberikan label halal sehingga diharapkan proses oleh MUI bisa lebih cepat.

"Beberapa vaksin yang sudah mendapat label halal juga akan dibeli Indonesia seperti vaksin Sinovac, Pfizer-BioNTech, AstraZeneca," kata Airlangga.