Kecuali DKI, Keterisian Rumah Sakit di Jawa-Bali Turun di Bawah 70%

ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/wsj.
Pekerja mempersiapkan fasilitas untuk rumah sakit khusus ibu bersalin positif COVID-19 di Klinik Permata Bhakti, Moyudan, Sleman, D.I Yogyakarta, Jumat (5/2/2021). Satgas Penaganan Covid-19 mencatat keterisian rumah sakit di Jawa-Bali cenderung menurun sejak pelaksanaan PPKM.
10/2/2021, 16.44 WIB

Satgas Penanganan Covid-19 mencatat tingkat keterisian rumah sakit di Jawa dan Bali menurun. Hal itu terjadi selelah empat minggu pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). 

Ketua bidang Data dan Informasi Teknologi Satgas Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah, mengatakan keterisian tempat tidur di rumah sakit yang menerapkan PPKM turun di bawah 70%, kecuali Jakarta. Keterpakaian tempat tidur di Jakarta sebelum PPKM mencapai 87,82%.

Kemudian turun pada pekan keempat PPKM ke angka 73%. "Angkanya masih di atas 70% karena pasien yang ada di Jakarta berasal dari wilayah sekitarnya," ujar Dewi dalam acara "Covid-19 dalam Angka" yang disiarkan melalui Youtube BNPB Indonesia pada Rabu (10/2)

Sedangkan Jawa Barat tercatat mengalami penurunan keterisian tempat tidur yang cukup signifikan, dari 80,45% menjaadi 59,57%. Kemudian Banten yang semula 84,36% menjadi 65,66%.

Selanjutnya, Bali yang mencatat angka keterisian tempat tidur sebelum PPKM sebesar 62,2% menjadi 61,44%. Menurut Dewi, tingkat keterisian rumah sakit di Bali cukup baik karena selalu di bawah 70%. 

Lalu, Yogyakarta yang mencatat angka keterisian tempat tidur sebelum PPKM sebesar 78,19% menjadi 61,6%. Jawa Tengah awalnya mencatat keterisian tempat tidur rumah sakit sebesar 76,47% menjadi 44,83%. Sedangkan Jawa Timur semula angkanya 75,34% menjadi 54,9%.

Melihat angka-angka tersebut, Dewi mengatakan bahwa pelaksanaan PPKM tahap kedua berhasil menurunkan keterpakaian rumah sakit di hampir seluruh provinsi di Jawa dan Bali. "Itu menunjukkan ada dampak dari pelaksanaan PPKM terhadap pemakaian tempat tidur di rumah sakit," kata dia. 

Turunnya keterisian rumah sakit berkaitan dengan persentase kasus aktif yang cenderung berkurang. Dewi menyebut pada 10 Januari 2021, sehari sebelum PPKM, jumlah kasus aktif mencapai 122 ribu atau 14,84% dari total kasus positif Covid-19. 

Dalam dua pekan pelaksanaan PPKM tahap I, jumlah kasus aktif bertambah hingga 38 ribu menjadi 161 ribu orang. Namun, pada akhir PPKM tahap II, angka penambahan kasus aktif hanya 9 ribu orang. 

Jika dilihat per pekan, pada minggu ketiga Januari 2021 atau minggu pertama PPKM tercatat penambahan kasus aktif mencapai 22 ribu. Kemudian pada minggu berikutnya, angka kasus aktif bertambah 17 ribu. 

Pada pelaksanaan PPKM pekan ketiga, jumlah kasus aktif bertambah 12 ribu. Selanjutnya, kasus aktif naik 1.000 orang pada pekan keempat PPKM. 

Dengan kondisi tersebut, Dewi pun menyebut pelaksanaan PPKM harus diteruskan agar kasus aktif menurun. Untuk mencapai hal itu, dia mengajak pemerintah pusat dan pemerintah daerah berkomitmen melaksanakan 3T (tracing, testing, and treatment).

Sedangkan masyarakat harus mematuhi 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak). "Jangan cepat senang meskipun kita berhasil rem kenaikkan kasus aktif dalam empat pekan. Namun ini harus tetap dilanjutkan karena kita ingin kasus aktif turun," ujar dia.

Jika melihat data kasus aktif per provinsi, Jakarta masih mencatatkan kasus aktif sebanyak 7,96% dari sebelum PPKM sebesar 9,05%. Sedangkan Jawa Barat tercatat memiliki proporsi kasus aktif sebelum PPK sebesar 14,99% menjadi 16,85%.

Kemudian, Banten yang mencatat proporsi kasus aktif dari 45% menjadi 29%. "Banten menjadi satu-satunya provinsi yang bisa menurunkan persentase kasus aktif dan jumlahnya, dari 9.300 menjadi 7.736 orang," kata Dewi.

Bali tercatat memiliki persentase kasus aktif sebelum PPKM sebesar 7,81% menjadi 10,25%. Menurut Dewi, hal itu terjadi karena kunjungan wisatawan domestik dan asing ke Bali pada libur akhir tahun lalu. 

Untuk Yogyakarta tercatat penurunan persentase kasus aktif dari 31% menjadi 25%. Sedangkan Jawa Tengah naik dari 28% menjadi 31%.

Hal berbeda terjadi di Jawa Timur yang persentase kasus aktifnya sebesar 7% menjadi 5,23% pada minggu keempat PPKM. Melihat angka tersebut, Dewi mengingatkan agar masyarakat tidak lengah, khususnya di provinsi yang bisa menurunkan persentase kasus aktif seperti Jakarta, Banten, Yogyakarta, dan Jawa Timur. 

Di sisi lain, Satgas Penanganan Covid-19 juga mencatat angka kematian cenderung turun setelah PPKM. DKI Jakarta mencatat persentase kematian yang awalnya 1,72% menjadi 1,55% setelah empat pekan PPKM.

Sedangkan persentase kematian di Jawa Barat stabil di kisaran 1,2%. Untuk wilayah Banten, persentase kematian naik dari 2% menjadi 2,25%.

"Banten berhasil tekan kasus aktif namun kematiannya meningkat. Fasilitas kesehatannya harus ditambah dan dijaga jangan sampai angka kematian tinggi," kata Dewi. 

Selanjutnya, Bali mencatatkan persentase kematian yang menurun dari 2,9% menjadi 2,6%. Sedangkan Yogyakarta mencatat angka kematian naik dari 2,17% menjadi 2,3%. 

Hal yang sama juga terjadi di Jawa Tengah, dari awalnya 4,08% menjadi 4,15%. Kemudian, Jawa Timur berhasil menekan angka kematian dari 6,98% jadi 6,93%.

Dewi mengatakan sejumlah provinsi berhasil menurunkan angka kematian,  namun provinsi lainnya masih harus waspada. Dia pun mengimbau pemerintah daerah memastikan ketersediaan ICU untuk menangani pasien Covid-19.