PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) atau Pelindo 1 mencatatkan kinerja usaha yang positif sepanjang 2020 meskipun pandemi corona menekan perekonomian nasional. Pelindo I mencatatkan laba usaha Rp 719 miliar pada 2020 atau naik 16,15% dibandingkan perolehan pada 2019.
Adapun pendapatan perusahaan sepanjang 2020 sebesar Rp 3,15 triliun atau naik 3% dibandingkan perolehan 2019 sebesar Rp 3,06 triliun. Sepanjang 2020, kinerja Pelindo 1 ditopang segmen bongkar muat peti kemas yang meningkat 6,35% dari 1,33 juta TEUs (twenty-foot equivalent unit) pada 2019 menjadi 1,42 juta TEUs pada 2020.
Pendapatan dari peti kemas ini dapat tumbuh positif di tengah anjloknya kinerja kunjungan kapal (minus 22,1%), arus barang (minus 43,5%) dan arus penumpang (turun 54,6%).
Tahun ini, perseroan memproyeksikan meraih pendapatan Rp 4,11 triliun atau naik 30,5% dibandingkan realisasi 2020. Perusahaan mengandalkan pertumbuhan dari kinerja bongkar muat petikemas dengan target 1,57 juta TEUs atau naik 10% dibandingkan 2020.
Perusahaan juga memproyeksikan kenaikan volume general cargo, curah cair, dan curah kering mencapai 30,2 juta ton atau tumbuh 22% dibandingkan realiasi 2020 yang tercatat 24,8 juta ton. Peningkatan bongkar muat petikemas dan kargo tersebut diharapkan tercapai seiring naiknya kunjungan kapal yang ditargetkan tumbuh 40% menjadi 73.919 call pada 2021.
“Tantangan tahun 2021 akan jauh lebih berat. Namun demikian, saya yakin kami mampu tetap mampu tumbuh positif," kata Direktur Utama Pelindo 1 Dani Rusli Utama saat berdiskusi dengan para pemimpin redaksi media massa Kamis (25/2) di Jakarta.
Dani mengatakan Pelindo 1 mengembangkan empat prinsip dasar bisnis dan layanan yakni lebih cepat, lebih murah, lebih transparan, dan lebih baik dalam tampilan atau kemasan layanan.
Untuk mencapai target 2021, terdapat sejumlah strategi yang akan dilakukan. Pelindo 1 akan mengoptimalkan layanan di Pelabuhan Belawan melalui Terminal Petikemas Belawan Fase 2 yang menerapkan pola operasi dan teknologi yang berstandar internasional.
Selain itu perusahaan akan bersinergi dengan otoritas pemerintah, sejumlah BUMN dan swasta seperti BP Batam dalam pelayanan pemanduan dan penundaan, KEK Sei Mangke (PTPN III), Inalum dan Pertamina.
Pelindo 1 juga akan terus mengembangkan layanan logistik digital. Saat ini perusahaan bekerjasama dengan dua perusahaan logistik swasta yakni Haistar dan LODI dalam bisnis e-logistic. Mereka bekerja sama dalam pengelolaan fulfilment service, mengoptimalkan seluruh potensi logistik dengan pemanfaatan IoT (Internet of Things).
Pelindo 1 juga mengembangkan layanan digital berupa i-Marine, Shore Connection, dan Port Operation Command Center (POCC), yakni layanan operasi yang akan dikendalikan dalam suatu sistem secara real time.
Pelindo I Kembangkan Kuala Tanjung PIE
Dani mengatakan Pelindo I akan mengoptimalkan peluang dengan mengembangkan Kuala Tanjung Port and Industrial Estate (Kuala Tanjung PIE). Kuala Tanjung PIE ini dipersiapkan sebagai Indonesia’s Logistic and Supply Chain Hub atau sebagai gerbang utama Indonesia ke jaringan logistik global.
Kuala Tanjung PIE berlokasi di Pulau Sumatera Utara dan berada di jalur utama Selat Malaka. Jalur Selat Malaka ini dilewati 25% komoditas perdagangan dunia dan menjadi jalur utama ekspor dan impor Indonesia. "Posisi Kuala Tanjung PIE sangat strategis sebagai simpul penting dalam jaringan logistik dan supply chain global," kata Dani.
Kuala Tanjung PIE terdiri dari dua bagian yang saling terintegrasi, yaitu Kawasan Pelabuhan dan Kawasan Industri. Pembangunan Kawasan Pelabuhan ditandai dengan telah beroperasinya Kuala Tanjung Multipurpose Terminal (KTMT) sejak 2019. Pelabuhan ini didesain untuk mengakomodasi kapal-kapal berukuran besar dengan bobot 50.000 DWT (dead weight tonnage) serta berbagai jenis muatan, dari petikemas, curah cair, hingga kargo umum.
Adapun untuk kawasan industri, akan dikembangkan di area seluas 3.400 Ha, dengan potensi segmen industri yang beragam, di antaranya aluminium, palm oil, iron & steel, rubber, petrochemical, produk makanan, serta segmen industri lainnya sesuai dengan kebutuhan customer.
Kawasan ini juga akan diperkuat dengan tersedianya berbagai jaringan transportasi terpadu berupa jalan tol Trans-Sumatera dan kereta api. Kuala Tanjung PIE pun terhubung langsung dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, yang merupakan pusat industri berbasis kelapa sawit utama di Sumatera bagian utara.