Kementerian Kesehatan menunda penggunaan vaksin virus corona yang dikembangkan AstraZeneca. Itu lantaran vaksin tersebut menyebabkan efek samping pembekuan darah.
Padahal, vaksin AstraZeneca yang datang ke Indonesia pada 8 Maret 2021 akan habis masa pakainya pada akhir Mei 2021. Dengan kondisi tersebut, pemerintah harus segera menggunakan vaksin Covid-19 tersebut sebelum kedaluwarsa.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan pemerintah akan menggunakan seluruh vaksin AstraZeneca untuk penyuntikan dosis pertama. Keputusan itu diambil agar vaksin yang ada bisa digunakan sebelum kedaluwarsa.
Sedangkan untuk penyuntikan kedua akan menggunakan vaksin AstraZeneca yang akan datang pada tahap pengiriman selanjutnya. Nadia memperkirakan vaksin baru akan tiba bulan ini.
Adapun penyuntikan dosis pertama dan kedua vaksin AstraZeneca harus dilaksanakan dengan rentang 8-12 minggu. "Vaksin yang ada akan (digunakan) untuk dosis pertama, dan dosis kedua pada pengiriman berikutnya," ujar Nadia.
Sedangkan jumlah vaksin AstraZeneca yang ada di Tanah Air saat ini mencapai 1,1 juta dosis. Vaksin tersebut rencananya akan diberikan pada kelompok lansia dan pekerja publik.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelumnya telah menerbitkan izin penggunaan darurat vaksin virus corona dari AstraZenca. Kepala BPOM Penny K. Lukito menjelaskan pihaknya telah melaksankaan pemeriksaaan terkiat keamanan, mutu, dan khasiat.
Evaluasi tersebut dilaksanakan bersama tima ahli obat, ITAGI, dan berbagai ahli yang terkait.Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian dua dosis vaksin AstraZeneca dengan interval empat minggu aman dan dapat ditolerasi dengan baik.
Pasalnya, kejadian efek samping yang muncul hanya ringan dan sedang, yaitu nyeri, kemerahan, gatal, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, meringan, nyeri sendi, mual, dan muntah.
Dari sisi khasiat, Penny mengatakan, pemberian vaksin AstraZeneca merangsang pembentukan antibodi setelah dosis kedua pada dewasa usia 18-60 tahun sebesar 32 kali. Sedangkan pada usia 65 tahun ke atas mencapai 21 kali.
Berdasarkan hasil pemantauan 15 hari setelah pemberian dosis kedua dan dua bulan setelahnya, efikasi yang terbentuk dari vaksin AstraZeneca mencapai 62,1%. Hal itu menunjukkan vaksin berkhasiat menangkal virus corona dan sudah sesuai standar WHO di mana efikasi minimal 50%.
"Secara umum hasilnya memenuhi syarat biarpun ada data yang perlu di-update, yaitu data stabilitas yang lebih panjang, tapi itu umum terjadi pada vaksin yang sedang dikembangkan," ujar dia.
Dengan hasil tersebut, BPOM menerbitkan izin penggunaan darurat pada 22 Februari 2021 dengan nomor EUA 2158110143A1 untuk tiap satu vail vaksin yang berisi 5 mililiter yang bisa digunakan untuk 10 dosis.
Namun sejumlah negara Eropa baru-baru ini melaporkan kasus efek samping berat berupa pembekuan darah pada individu yang menerima vaksin AstraZeneca. Negara-negara tersebut pun menangguhkan penggunaan vaksin Covid-19 tersebut.
Di sisi lain, AstraZeneca Plc membantah vaksin virus corona yang dikembangkannya menimbulkan risiko pembekuan darah. Pernyataan ini berdasarkan kajian data terkait keamanan orang yang telah menggunakan vaksin yang dikembangkan bersama Universitas Oxford tersebut.
"Tidak ada bukti peningkatan risiko emboli paru, trombosis vena dalam atau trombositopenia, dalam usia tertentu. kelompok, jenis kelamin, kelompok atau di negara tertentu, ” demikian dalam keterangan resmi perusahaan seperti dilansir dari Reuters pada Senin (15/3).
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan