Semakin Tua Lebih Berisiko Terkena Long Covid

ANTARA FOTO/Moch Asim/hp.
Pasien COVID-19 berolah raga di Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI), Surabaya, Jawa Timur, Selasa (18/5/2021).
Penulis: Alfons Yoshio
2/7/2021, 07.00 WIB

Gejala berkepanjangan akibat Covid-19 atau yang sering disebut long covid makin banyak ditemukan dan beragam jenisnya. Gejala tersebut bisa berada dalam tubuh para penyintas dalam waktu lama.  

Hasil studi REACT-2 yang dilaksanakan Imperial College London menunjukkan, hampir enam persen -sekitar 27 ribu orang- dari sampel populasi yang pernah tertular virus corona di Inggris masih merasakan gejala Covid-19. Periodenya selama 12 pekan atau lebih setelah dinyatakan sembuh.

Hasil studi juga menunjukkan perempuan, perokok, orang dengan kelebihan berat badan, orang yang tinggal di daerah miskin, atau mereka yang pernah tertular Covid-19 sampai harus dirawat di rumah sakit, punya risiko lebih tinggi mengidap long covid. Sementara untuk orang-orang Asia risikonya cenderung lebih kecil.

Selain itu, orang yang lebih tua juga lebih banyak ditemukan menderita gejala Covid-19 berkepanjangan. “Risiko naik 3,5 persen tiap pertambahan satu dekade usia,” seperti dikutip dari laporan yang terbit pada akhir Juni 2021 lalu ini.

Menurut Profesor Kesehatan Masyarakat School of Public Health Helen Ward dalam keterangan tertulis, long covid mulai menjadi masalah kesehatan signifikan sehingga perlu penanganan khusus yang perlu dipelajari lebih jauh.

“Penelitian kami menunjukkan bahwa banyak orang yang memiliki COVID-19 akan memiliki gejala yang bertahan lama dan bagi beberapa orang ini mungkin berdampak besar pada kualitas hidup mereka,” ujarnya. 

Halaman:

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan