Kasus Covid-19 di Jawa-Bali Turun, Dampak Percepatan Program Vaksin?

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Warga binaan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) menerima vaksinasi CovId-19 di Yayasan Jambrud Biru, Bekasi, Jawa Barat, Rabu, (4/8).
Penulis: Sorta Tobing
6/8/2021, 16.43 WIB

Kurva kasus Covid-19 di Jawa-Bali diprediksi akan terus turun tahun ini. Hal ini bakal diikuti dengan penurunan level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM setelah 10 Agustus 2021. 

Kondisi tersebut terjadi karena percepatan program vaksin virus corona di Jawa-Bali. Selain itu, ada pula efek PPKM dan penguatan 3T, yaitu pengetesan (testing), penelusuran (tracing), dan perawatan (treatment).

Dalam skenario yang dibuat Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) yang diterima Katadata.co.id, penurunan kasus Covid-19 di Jawa-Bali saat ini sudah terjadi. Angkanya akan semakin berkurang apabila  program vaksin telah mencakup 50% target penduduk, yang diperkirakan terjadi pada September 2021. 

Namun, kondisi berbeda terjadi di luar Jawa-Bali. Peningkatan kasus saat ini sedang terjadi. Prediksinya, puncak kasus bakal terjadi pada Oktober-November 2021.

Epidemiologi dari UI Iwan Ariawan berpendapat, pemerintah perlu melakukan pemantauan dan menaikkan level PPKM di wilayah tersebut. “Di luar Jawa-Bali saat ini cenderung naik. Cakupan vaksinasinya perlu diperhatikan,” katanya kepada Katadata.co.id, Jumat (6/8). 

Apabila kondisi tersebut tak membaik, hal tersebut akan memicu peningkatan kasus di Jawa-Bali. Sebagai langkah antisipasi, pemerintah sebaiknya memperketat pemeriksaan syarat vaksinasi dan bukti tes usap negatif Covid-19 untuk mobilitas penduduk.

Iwan menuturkan, pandemi ini sebenarnya dapat terkendali pada awal 2022. Syaratnya, program PPKM, 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), 3T, dan vaksinasi berjalan baik. “Ini sangat tergantung pada program pengendalian yang kita lakukan,”katanya.

Sebagai informasi, pemerintah sedang berupaya mencapai 70% populasi menerima vaksin. Harapannya, langkah ini dapat melindungi masyarakat dari infeksi virus corona dan menurunkan jumlah penambahan kasusnya pula.

Berdasarkan data 3 Agustus 2021, terdapat dua provinsi dengan cakupan vaksinasi Covid-19 yang tembus 70%. Jangkauan vaksin dosis pertama DKI Jakarta telah mencapai 75,16% populasi, meskipun dosis kedua baru menjangkau 28,55% warganya.

Pemerintah meyakini vaksinasi menjadi kunci mengatasi pandemi karena dapat mengurangi risiko gejala berat hingga kematian. Hal ini sudah terbukti di Ibu Kota.

Melansir dari situs Kementerian Komunikasi dan Informatika, tingkat fatalitas kasus atau case fatality rate (CFR) Jakarta berada di angka 1,7% bagi orang yang belum menerima vaksin. Angkanya menurun menjadi 0,33% untuk penerima dosis pertama vaksin. Bagi yang sudah menerima dosis penuh, angka CFR turun menjadi 0,21%.

Merujuk data itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, ada bukti kuat vaksinasi menurunkan angka kematian. Karena itu, pemerintah mengimbau masyarakat untuk segera mengikuti program vaksin Covid-19 di daerah masing-masing.

Distribusi Vaksin Sangat Krusial

Kementerian Kesehatan memastikan stok vaksin Covid-19 yang tersedia di pusat mampu memenuhi kebutuhan daerah. Juru Bicara Vaksinasi Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengakui memang sempat terjadi masalah stok di beberapa daerah karena belum ada pembaruan data. 

Persoalan tersebut sudah diperbaiki dan jutaan dosis vaksin akan dikirim ke daerah. “Pada pekan ketiga (Agustus 2021), akan ada tiga juta vaksin dosis kedua. Pekan keempat, ada enam juta dosis,” ujarnya kemarin. 

Per 3 Agustus 2021, Indonesia telah mengantongi 179,4 juta dosis vaksin. Jumlah ini terdiri dari 144,7 juta bahan baku dan 34,7 juta vaksin jadi. Total vaksin jadi yang diproduksi PT Bio Farma mencapai 152 juta dosis.

Kekosongan vaksin sempat terjadi di sejumlah daerah. Salah satunya di Surabaya, Jawa Timur. Dinas Kesehatan Surabaya hingga awal pekan ini belum bisa menggelar vaksinasi kedua kepada masyarakat karena tak ada pasokan. “Stoknya habis, kami masih menunggu dari pusat,” kata Kepala Dinkes Surabaya Febria Rachmanita, Selasa lalu.

Begitu pula vaksinasi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang terganggu lantaran pasokan belum terisi dalam dua pekan. “Terakhir, kami mendapat jatah 800 dosis, langsung didistribuskan dan sudah kosong,” kata Juru Bicara Pusat Informasi dan Kordinasi Covid-19 Cianjur, dr Yusman Faisal.

Penyumbang bahan: Dhia Al Fajr (magang)

Reporter: Ameidyo Daud Nasution