Mengenal Badai Sitokin, Kondisi Kritis Deddy Corbuzier usai Kena Covid

ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Ara Wiraswara (39), seorang ASN, menunjukkan hasil rontgen paru-paru miliknya di Bogor.
Penulis: Lavinda
22/8/2021, 14.14 WIB

Pembawa Acara sekaligus Youtuber Deddy Corbuzier dinyatakan positif Covid-19, hingga akhirnya memasuki kondisi Cytokine Storm (Badai Sitokin) dan sempat dinyatakan kritis. Bahkan, kondisi paru-paru Deddy dinyatakan rusak 60%. Sebenarnya apa yang dimaksud Badai Sitokin? 

Badai sitokin merupakan salah satu komplikasi yang bisa dialami penderita Covid-19 yang umumnya menyerang jaringan paru-paru dan pembuluh darah.

Dikutip dari alodokter, Sitokin merupakan salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Dalam kondisi normal, sitokin membantu sistem imun berkoordinasi dengan baik dalam melawan bakteri atau virus penyebab infeksi.

Namun, jika diproduksi secara berlebihan, sitokin justru menyebabkan kerusakan di dalam tubuh. Hal ini yang disebut sebagai badai sitokin. Badai sitokin terjadi ketika tubuh melepas terlalu banyak sitokin ke dalam darah pada jangka waktu sangat cepat. Kondisi ini membuat sel imun justru menyerang jaringan dan sel tubuh yang sehat, sehingga menyebabkan peradangan.

Dr. Gunawan, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Medistra yang menangani Deddy Corbuzier menyampaikan, perjalanan masuknya Covid-19 ke dalam tubuh memiliki beberapa tahapan. Pada pekan pertama adalah awal viremia atau kondisi masuknya virus dan bereplikasi di dalam tubuh.

"Maka itu muncul respon imun, sel darah putih mengenali bahwa ini adalah virus," ujar dr Gunawan dalam video Youtube di akun Deddy Corbuzier, Minggu (22/8).

Menurut dia, di dalam teori, orang yang sehat bisa saja tidak terkena Covid-19 tanpa gejala dan kembali sehat dengan cepat. Tetapi kadang, respon imun bisa jadi berlebihan.

Jika dideskripsikan, sel darah putih akan mengenali virus dan menjalankan pertahanan diri dengan cara memakan. Ketika virusnya sulit dibunuh, sementara respon imun berlebihan, maka sel darah putih akan bunuh diri dan pecah, lalu mengeluarkan zat-zat peradangan di dalam tubuh.

"Respon imun masing-masing pasien berbeda, tidak bisa digeneralisir. Meski imun kuat, jika ada obat-obatan atau hal lain yang memicu peradangan, badai sitokin bisa terjadi," ujarnya.

Dalam kasus yang dialami Deddy Corbuzier, pola hidup sehat dan olah raga membuat pria yang semula dikenal sebagai pesulap itu memiliki permukaan paru-paru yang lebih luas dan kapasitas yang cukup baik. Dengan demikian, tubuhnya mampu menahan peradangan lebih buruk.

Selain itu, Deddy juga dibekali konsumsi obat untuk menahan peradangan tidak meluas dan menjaga saturasi kadar oksigen dalam darahnya. "Kalau kapasitas paru-paru memburuk, saturasi akan buruk," katanya.

Jika terlambat ditangani, maka peradangan di paru-paru akan terus meluas dan mempengaruhi kapasitas oksigen. Pada akhirnya, hal itu akan meninggalkan bekas sehingga paru-paru tidak bisa mengembang dengan baik untuk menukar oksigen di dalam tubuh.

Dia juga menyarankan pengobatan pasien Covid-19 dan Badai Sitokin dilakukan dengan agresif, terutama saat demam pada pekan kedua. Pada pekan pertama, respon tubuh terhadap demam karena peradangan masih bisa berjalan baik. Namun demam di pekan kedua patut diwaspadai karena dikhawatirkan terjadi peradangan, hingga Badai Sitokin, meski tak selalu terjadi pada kebanyakan pasien Covid-19.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan