Badan Obat Eropa (EMA) telah memasukkan gangguan kerusakan saraf langka, sindrom Guillain-Barré, sebagai kemungkinan efek samping dari vaksin Covid-19 AstraZeneca. Penambahan daftar efek samping AstraZeneca itu dilakukan pada Rabu (8/8).
Dikutip dari Reuters, EMA mengatakan hubungan kausal antara sindrom Guillain-Barré dan suntikan AstraZeneca kemungkinan terjadi. Adapun, 833 kasus sindrom Guillain-Barré dilaporkan dari 592 juta dosis vaksin yang diberikan di seluruh dunia pada 31 Juli.
Namun, EMA mengkategorikan efek samping ini sebagai "sangat jarang" dan paling rendah dari daftar kemyngkinan efek samping AstraZeneca. Selain itu, manfaat vaksin tersebut masih lebih besar dibandingkan risiko efek sampingnya.
Sementara, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah menambahkan peringatan tentang sindrom Guillain-Barré sebagai kemungkinan efek samping dari suntikan Johnson & Johnson. Baik AstraZeneca maupun Johnson & Johnson menggunakan teknologi vektor virus dan juga telah dikaitkan dengan efek samping pembekuan darah yang langka.
Sebagaimana diketahui, vaksin AstraZeneca memiliki manfaat lebih besar, terutama bagi lansia. Hasil studi di Inggris pada Maret 2021 menunjukkan, dengan vaksinasi dapat mencegah penderita Covid-19 masuk ruang perawatan intensif (ICU) 10,5 per 100 ribu orang pada usia 50-59 tahun. Sedangkan pada usia 60-69 tahun sebesar 14,1.
Sementara efek samping yang ditimbulkan vaksin AstraZeneca, hanya 0,4 per 100 ribu orang yang berusia 50-59 tahun dan 0,2 orang berusia 60-69 tahun. Meski begitu, kasus efek samping dari vaksin AstraZeneca terbilang rendah.
Sementara itu, Indonesia baru saja menerima 500 ribu dosis vaksin Astrazeneca dari Australia pada kemarin (8/9). Itu merupakan tahap kedua dari komitmen sumbangan 2,5 juta dosis vaksin corona dari Negeri Kangguru.
Vaksin Astrazeneca dari Australia tahap pertama tiba di Indonesia pada pekan lalu (2/9). Sedangkan bantuan vaksin Covid-19 tahap kedua hadir di Tanah Air sehari sebelum pertemuan 2 + 2 antara menteri luar negeri dan menteri pertahanan kedua negara.
"Kedua negara terus berupaya memperkuat Kemitraan Strategis Komprehensif, termasuk dalam situasi penuh tantangan seperti pandemi Covid-19," kata ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam siaran pers, Rabu (8/9).