Antusiasme Warga Rendah, 1.819 Dosis Vaksin Covid-19 di Aceh Terbuang

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc.
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 terhadap warga lanjut usia (lansia) di Pukesmas Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Kamis (3/6/2021). Pemerintah Aceh menargetkan vaksinasi terhadap 435.651 warga lanjut usia (lansia) dan yang telah mendapatkan vaksin COVID-19 sebanyak 4.317 lansia yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Aceh.
15/9/2021, 19.31 WIB

Sebanyak 1.819 dosis vaksin Covid-19 merek Sinovac yang ada di Kabupaten Aceh Tenggara terpaksa tak jadi terpakai. Dinas kesehatan setempat mengatakan hal tersebut lantaran antusiasme masyarakat untuk melakukan vaksinasi masih sangat minim.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh Tenggara Sukri Manto menjelaskan pada awal pelaksanaannya, minat masyarakat untuk ikut vaksinasi masih rendah. Hal ini menyebabkan satu vial vaksin kerap tak terpakai seluruhnya.

Dia mencontohkan, satu vial vaksin yang berisi 10 dosis terkadang hanya terpakai untuk enam orang. "Empat dosis tidak terpakai. Sedangkan daya tahan vaksin Sinovac setelah satu vial dibuka hanya sekitar enam jam," kata Sukri Manto dalam penjelasannya, Rabu (15/9) dikutip dari Antara.

Tak hanya terganjal minat warga, vaksin yang tak terpakai itu lantaran adanya masyarakat pendaftar ternyata mengalami penyakit seperti hipertensi hingga demam tinggi. "Jadi otomatis ada yang tak bisa terpakai," kata Sukri.

Saat ini cakupan vaksinasi di Aceh Tenggara baru mencapai 32.484 orang atau 19,3% dari target. Namun Sukri Manto mengatakan antusiasme masyarakat mulai pulih lantaran TNI dan Polri berperan menjemput bola ke rumah penduduk.

"Apalagi sudah ada vaksin Sinovac kemasan baru yakni satu vial dua dosis sehingga vaksin yang tak terpakai sangat minim," ujarnya. Dia juga sekaligus menepis anggapan vaksin tersebut dibuang oleh pemerintah tanpa sebab.

 Di kesempatan terpisah, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan vaksin yang terbuang itu sudah tidak bisa dicegah. Meski demikian, pemerintah telah menghitung vaksin tak terpakai sebagai wastage rate atau tingkat pemborosan yang tergolong aman.

Nadia mengatakan wastage rate di Aceh Tenggara mencapai 3,8%. Sementara itu, petunjuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan rata-rata rasio vaksin global yang terbuang sebesar 15% dari total sasaran.

"(Misalnya hari ini) menyisakan 3 dosis, besok 4 dosis, lama-lama kalau dikumpulkan menjadi banyak," kata Nadia dalam Katadata Forum Virtual Series, Rabu (15/9).

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menjelaskan sejumlah penyebab vaksin harus dibuang. Pertama, vaksin terlalu lama di luar ruangan pada kisaran suhu tertentu.

Kedua, vaksin akan terbuang ketika vaksinator tidak menggunakan volume penuh dosis di setiap vial. Ketiga, vaksin telah dibuka namun tidak digunakan dalam durasi waktu tertentu. Keempat, vaksin tidak digunakan karena sudah lewat dari tanggal kedaluwarsa.

Dia juga menambahkan bahwa umumnya rasio pemborosan yang tinggi terjadi pada daerah dengan kondisi geografis yang sulit. "Tapi tantangan ini sudah diperhitungkan," kata Nadia.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kebutuhan vaksin Indonesia sebanyak 426 juta dosis. Dari kebutuhan itu, sampai awal September 2021 sudah ada 225,4 juta dosis vaksin yang tersedia. Adapun realisasi penyalurannya sampai 12 September sebanyak 116,6 juta dosis ke seluruh provinsi.

Seiring tingginya kasus corona, Jawa Barat, Jakarta, dan Jawa Timur menjadi tiga provinsi penerima vaksin terbesar. Jawa Barat menerima 19,6 juta dosis, DKI Jakarta sebanyak 19,3 juta dosis vaksin, dan Jawa Timur sebanyak 16 juta dosis.

Adapun tiga provinsi dengan penerimaan vaksin paling sedikit antara lain Kalimantan Utara sebanyak 0,4 juta dosis vaksin, Papua Barat sebanyak 0,4 juta dosis, dan Maluku Utara sebanyak 0,3 juta dosis.

Reporter: Rizky Alika