Covid-19 varian Delta Plus mulai merebak di Malaysia dan Singapura. Oleh sebab itu Pemerintah diharapkan mewaspadai pintu masuk internasional guna mencegah masuknya mutasi corona varian AY.4.2 tersebut ke Indonesia.
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia (PAEI) Masdalina Pane mencemaskan penurunan masa karantina bagi pelaku perjalan luar negeri. Sebelumnya, pemerintah memangkas masa karantina penumpang internasional dari 8 hari menjadi 5 hari sebelum akhirnya diperpendek lagi jadi 3 hari.
"Indonesia perlu waspada. Kami khawatir sekali dengan potensi penularan dari pintu masuk," kata Masdalina kepada Katadata.co.id, Jumat (12/11).
Meski demikian kebijakan tersebut diakui bisa meningkatkan jumlah kunjungan WNA ke Indonesia. Ia berharap penurunan masa karantina itu tidak diikuti dengan pembukaan pintu masuk untuk negara dengan kasus Covid-19 berat demi mencegah masuknya varian Delta Plus.
Masdalina juga tidak mempermasalahkan rencana Indonesia melakukan kerja sama Travel Corridor Arrangement dengan Malaysia. Ini lantaran perjanjian ttersebut hanya terbatas untuk perjalanan bisnis, pertemuan bilateral, dan kunjungan terkait perekonomian.
"Tidak masalah sepanjang mengikuti kriteria yang telah disepakati," katanya.
Sementara, Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menduga varian Delta Plus telah masuk Indonesia namun belum terdeteksi. Hal ini lantaran pengetesan, penelusuran, dan perawatan masih lemah di Indonesia.
Belum lagi rendahnya surveilans genomik yang dilakukan bisa membuat varian baru tak terdeteksi. "Perkara waktu saja. Menurut saya, kemungkinan besar sudah ada," kata Dicky.
Oleh sebab itu ia meminta pelonggaran aktivitas perlu memerhatikan kesiapan fasilitas, protokol kesehatan, hingga masyarakat. Apalagi tingkat vaksinasi Covid-19 nasional belum setinggi negara lain, seperti Inggris dan Singapura.
Kemudian, pembukaan aktivitas juga harus memperhitungkan kesiapan fasilitas kesehatan. Rumah sakit perlu dipastikan dalam kondisi baik untuk menghadapi potensi lonjakan virus corona.
"Kalau belum siap, jangan 100% melonggarkan aktivitas. Perlu dibuka secara bertahap," ujar dia.