Mitos dan Fakta Menarik Bunga Edelweis Tidak Boleh Dipetik

pixabay.com/senjakelabu29
Editor: Intan
1/12/2021, 23.32 WIB

Bunga edelweis Jawa berkembang di pegunungan Indonesia. Bunga ini masuk dalam keluarga Asteraceae dan marga Composite. Edelweis diambil dari bahasa Jerman yaitu edel artinya mulia dan weiss berarti putih.

Nama latin Edelweiss Jawa adalah Javanese Edelweiss, sedangkan nama ilmiahnya Anaphalis Javanica. Bunga ini termasuk jenis Leontopodium Alpinum. Bunga edelweiss memiliki semak bercabang yang tingginya mencapai 8 meter. Bunga ini tumbuh di ketinggian 1.600-3.600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Batang tanaman ini bisa tumbuh sebesar kaki manusia.

Bunga edelweis tumbuh di pegunungan, seperti gunung Semeru di Indonesia dan pegunungan Alpen di Eropa. Jenis Edelweis di luar negeri dan Indonesia memiliki tampilan yang berbeda.

Bunga edelweis ini ditemukan di ketinggian 1.700 sampai 2.700 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini tumbuh di pegunungan Jerman, Spanyol, Perancis, Italia, Swiss, Bulgaria, Polandia, Slovakia, Rumania, dan Austria.

Di Indonesia, taman Edelweis dapat ditemukan di Desa Wonokitri, Pasuruan Jawa Timur. Taman bunga ini berada di ketinggian 1.900 meter dan masih satu jalur dengan Gunung Bromo.

Selain Gunung Semeru dan Bromo, Edelweis bisa ditemukan di gunung Lawu, gunung Rinjani, gunung Pangrango, gunung Gede, gunung Kawi, gunung Papandayan, dan dataran tinggi Dieng.

Tanaman ini tumbuh subur di daerah tandus dan tanah vulkanik pegunungan. Bunga edelweis akan mekar setelah musim hujan, di April sampai September. Bagian bunga yang sudah mekar akan didatangi ratusan serangga untuk penyerbukan, seperti kupu-kupu, lebah, tabuhan dan lainnya.

Larangan Memetik Bunga Edelweis

Mengutip laman Menlhk.go.id, undang-undang pasal 33 ayat 1 melarang bunga Edelweis dipetik. Di mana, undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, menyatakan kalau pemetik atau pencabut bunga edelweis akan dikenakan sanksi paling besar Rp 100 juta rupiah.  

Larangan memetik bunga edelweiss karena populasi bunga ini bisa terancam kepunahan. Para pendaki dilarang memetik bunga edelweis liar di sekitar pegunungan. Meski demikian pendaki bisa berkunjung ke taman nasional dan masyarakat yang melakukan budidaya Edelweis.

Bunga Edelweis, Bunga Abadi

Disebut bunga abadi karena bunga edelweis mekar di waktu yang lama. Selain itu bunga ini tidak gampang mati atau layu. Bunga ini mengandung hormon etilen untuk mencegah kerontokan pada kelopak bunga.

Edelweis bisa mekar dan bertahan sampai 10 tahun lamanya. Oleh karena itu bunga ini disebut bunga abadi. Kebanyakan bunga ini tumbuh di daerah pegunungan yang dingin karena memiliki bulu-bulu tebal.

Mengutip dari buku Ensiklopedia Adaptasi di Alam Raya ditulis Ajeng Wind, bulu-bulu tebal ini bermanfaat untuk menghalau dinginnya pegunungan. Bagian akar bersimbiosis mutualisme dengan jamur mikoriza. Simbiosis ini, berguna untuk mempertahankan hidup di tanah yang tandus seperti lereng gunung.

Jamur mikoriza hidup di tanah vulkanik yang membantu akar Edelweiss untuk menyebar lebih luas di dalam tanah. Bagian akar ini mendapat nutrisi dan air untuk pertumbuhan tanaman. Jamur ini efektif memberi nutrisi dan air untuk Edelweiss.

Bagian daun tanaman berbentuk tombak yang memiliki bulu di permukaan. Panjang tangkai daun sekitar 3 sampai 20 cm. Daun Edelweis populer dipakai sebagai pengobatan alternatif tradisional di Indonesia.

Sejarah dan Mitos Bunga Edelweiss

Bunga abadi ini dikenal memiliki kecantikan warna yang menarik banyak orang. Warna putih dari Edelweis menginspirasi banyak orang untuk dijadikan tren hiasan bunga.

Mitos Bunga Edelweiss ini menggambarkan kisah cinta seseorang. Konon, Edelweis menjadi simbol cinta sejati. Mitos ini berkembang ketika seseorang memberikan bunga pada kekasihnya, hubungan mereka akan abadi.

Menurut sejarah, Edelweis Jawa ditemukan pertama kali di lereng Gunung Gede, Jawa Barat. Mengutip dari indonesia.go.id, ilmuwan dari Jerman bernama Caspar Georg Karl Reinwardt pertama kali menemukan bunga ini. Tahun 1819, Edelweis Jawa diteliti lebih lanjut oleh Carl Heinrich Schultz.

Reinwardt menemukan bunga ini ketika berada di lereng bukit. Penelitian tersebut dilakukan di gunung Semeru dan Merbabu.

Fakta Menarik Bunga Edelweis

  • Tumbuh Sampai 4 Meter

Edelweis tumbuh subur di pegunungan Jawa yang panjangnya mencapai 4 meter. Mengutip dari buku 100 Fakta Unik Tumbuhan, sebanyak 636 batang tumbuhan tercatat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tahun 1988.

Bunga abadi ini bisa tumbuh sampai 10 tahun lamanya. Tetapi, Edelweis terancam punah karena beberapa kali dipetik tahun 2017 sampai 2018. Kini, masyarakat dan pemerintah berupaya untuk mengembangkan bunga ini.

Jenis Edelweis lain bisa tumbuh setinggi 8 meter di atas permukaan tanah. Bagian batang bisa mencapai seukuran kaki manusia yang tingginya sekitar 1 meter.

  • Bagian Kebutuhan Adat

Suku Tengger melestarikan Edelweiss di Gunung Bromo. Dataran tinggi tersebut dibangun bibit dan penanaman bunga di rumah masing-masing melalui program swadaya. Edelweiss dipakai ritual adat suku Tengger secara turun temurun.

Suku Tengger menyebut bunga tersebut adalah tana layu. Kata "tan" berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya tidak, sedangkan Layu berarti layu. Inilah asal muasal penyebutan bunga abadi.

Menurut suku Tengger, Edelweis menjadi simbol keabadian dan nilainya baik untuk masyarakat. Mengutip dari website pu.go.id, masyarakat Tengger mengadakan upacara keagamaan seperti upacara Karo, Leliwet, Kasada, Entas-entas untuk agama Hindu. Edelweis dimanfaatkan sebagai bunga sesajen ritual keagamaan suku tersebut.

  • Pelestarian Edelweis

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menyediakan pelestarian bunga Edelweis, sekitar 15 tahun lalu. Bunga ini dikembang biakkan di taman nasional yang menyebar di seluruh pegunungan.

Ada tiga jenis bunga Edelweis yaitu Anaphalis javanica (Edelweis Jawa), Anaphalis longifolia, dan Anaphalis viscida.

Bunga ini juga dikembang biakkan di pekarangan dan pinggir jalan perkampungan. Sehingga Desa Wonokitri di Kecamatan Tosari menjadi objek wisata. Daerah tersebut menjadi tempat wisata untuk pengunjung yang ingin berfoto bersama bunga Edelweis.

Selain itu petani juga menjual Edelweiss kering yang dipasarkan di Indonesia. Bunga Edelweis menjadi cinderamata dan bingkisan cantik.

Budidaya bunga ini menjadi komoditas masyarakat yang bisa diperjualbelikan pada wisatawan. Sehingga wisatawan tidak memetik sembarangan bunga Edelweis liar yang ada di lereng pegunungan.

  • Obat Penyembuh

Edelweis Jawa berkhasiat sebagai obat penyembuh. Ekstrak bunga mengandung antioksidan tinggi yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Penelitian dilakukan dengan ekstrak bunga ini menemukan kandungan antimikroba untuk membasmi bakteri, jamur, dan anti peradangan. Ekstrak bunga bisa menyembuhkan batuk, pencegahan kanker payudara, difteri, dan TBC.

  • Muncul di Perangko Nasional

Tahun 2003, Kantor Pos Indonesia mencetak desain perangko bergambar bunga Edelweis. Perangko itu berukuran kecil dengan nominal Rp 3.000. Desain perangko dipakai sebagai penghormatan pada bunga Edelweiss yang terancam punah.