Menkes Yakin RI Bisa Meredam Omicron hingga Maret 2022, Ini Faktornya

Youtube/PermataBank
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut lonjakan gelombang kedua akibat varian Delta pada awal Juli lalu menyebabkan terbentuknya antibodi yang kuat secara alami bagi penduduk Indonesia.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
13/12/2021, 11.45 WIB

Penyebaran varian Omicron memicu kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19 di berbagai belahan dunia. Namun, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin optimistis kasus Covid-19 akan tetap terkendali setidaknya hingga Maret 2022.

"Dari perspektif saya untuk enam bulan ke depan setelah Agustus atau September, kondisi kita cukup aman," kata Budi dalam acara US-Indonesia Investment Summit secara virtual, Senin (13/12).

Asumsi ini, menurut Budi, muncul karena lonjakan gelombang kedua akibat varian Delta pada awal Juli lalu menyebabkan terbentuknya antibodi yang kuat secara alami bagi penduduk Indonesia. Ini kemudian semakin diperkuat dengan adanya akselerasi vaksinasi sejak beberapa bulan terakhir.

"Karena kita mulai vaksinasinya agak terlambat, maka setelah gelombang kedua kemarin, banyak masyarakat yang sudah divaksinasi. Mereka punya imunitas yang sangat kuat," kata Budi.

Berdasarkan data Kemenkes hingga Minggu (12/12), jumlah penduduk yang sudah mendapat vaksin dosis pertama mencapai 146 juta orang atau 70,38% dari target 208 juta dosis. Sementara jumlah penerima dosisi kedua sebanyak 102 juta orang atau 42,42% dari target. 

Budi mengatakan, adanya super-immunity tersebut menyebabkan vaksinasi berperan sebagai booster yang semakin memperkuat imunitas masyarakat.

"Bahkan untuk dosis pertama juga bisa dipahami sebagai booster, jadi itu adalah kejadian yang cukup unik yang sangat baik bagi Indonesia, dan itu terjadi di India sekarang ini," kata Budi.

Sekalipun telah menjamin bahwa keadaan hingga awal tahun depan tetap aman, Budi memngatakan pihaknya tetap berhati-hati dengan kemunculan Omicron ini. Ia mengatakan secara saintifik lonjakan bisa terjadi dengan kemunculan varian baru, seperti yang terjadi saat kemunculan varian Alfa dan Delta.

Budi mengatakan ada beberapa langkah yang sudah disiapkan untuk merespon kemunculan Omicron tersebut. Ia mengatakan, sebagai langkah pencegahan, pemerintah telah memperkatat pintu masuk bagi pelancong dari luar negeri, terutama dari negara-negara yang sudah terdeteksi memiliki kasus Omicron. Ini termausk memperpanjang masa karantina untuk kedatangan dari luar negeri.

"Kalau ditanyakan apakah bisa kita menahan virusnya (untuk masuk)? mungkin tidak, tapi kita bisa mengurangi secara drastis kemungkinan mutasi ini datang ke Indonesia secara berat. Ini apabila kita bisa mengidentifikasinya secara kuat dan hanya beberapa Omicron traveler yang datang ke Indonesia, jadi kita mungkin bisa cukup aman," kata dia.

Langkah berikutnya yang juga dilakukan pemerintah dengan mengakselerasi vaksiinasi. Pemerintah kini bersiap untuk membuka vaksinasi bagi anak-anak usia antara 6-11 tahun. Sekalipun risiko dan gejalanya lebih minim, vaksinasi kepada anak dilakukan sebagai upaya agar mereka tidak mentransmisikan virus tersebut ke orang tua mereka ketika mereka berstatus OTG.

Kementerian Kesehatan telah mengumumkan akan memulai vaksinasi untuk anak-anak usia 6-11 tahun mulai 24 Desember 2021. Namun program ini baru akan dimulai untuk penduduk di wilayah Jawa-Bali.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri vaksinasi pada kelompok usia 6-11 bisa dimulai saat cakupan vaksinasi dosis pertama di atas 70% dan lansia 60%. "Dimulai di Jawa-Bali dan mungkin ada tambahan beberapa kabupaten luar Jawa dan Bali," kata , Sabtu (11/12).

Vaksinasi pada anak nantinya akan dilaksanakan di sejumlah fasilitas yang berada di sekolah, fasilitas pelayanan kesehatan, atau sentra vaksinasi. Pada kickoff hari pertama, pemerintah telah menyiapkan 6,4 juta dosis vaksin.

Reporter: Abdul Azis Said