Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya terpilih sebagai Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU periode 2021-2026. Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Rumadi Akhmad berharap NU di bawah kepemimpinan Yahya terus bekerjasama dengan pemerintah.
"NU organisasi yang memberikan dukungan kepada pemerintah sejauh kebijakan pemerintah sejalan dengan prinsip-prinsip NU," kata Rumadi dikutip dari keterangan pers, Jumat (24/12).
Rumadi menilai selama ini NU sebagai organisasi sosial keagamaan yang menjaga keislaman dan keindonesiaan. Ia meminta NU terus bekerjasama dengan pemerintah, mensejahterakan rakyat, dan menjadi pilar untuk memperkuat agenda nasional pemerintah terkait moderasi beragama.
Gus Yahya bukanlah sosok yang asing bagi pemerintahan Presiden Joko Widodo. Jokowi pernah melantik Gus Yahya sebagai Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) pada 2014-2019. Selain itu, Yahya pernah dikabarkan bakal menjabat sebagai Menteri Agama pada akhir 2020.
"Beliau pernah menjadi Wantimpres. Tentunya pemerintah sangat senang dengan terpilihnya Gus Yahya ini," kata Rumadi.
Menurutnya, terpilihnya Yahya menunjukkan kuatnya aspirasi untuk regenerasi kepemimpinan NU. Apalagi, Yahya menjadi simbol kekuatan kader muda NU.
Gus Yahya berhasil mengungguli Said Aqil dalam Muktamar NU yang berlangsung di Lampung, Kamis (23/12). Yahya berhasil mendapatkan 327 suara dan Said memperoleh 205 suara.
Sebelum muktamar berlangsung, Gus Yahya menegaskan akan mengembalikan PBNU ke khittahnya yakni menjauh dari politik praktis. Dia mengatakan tak akan ada calon presiden atau wakil presiden dari PBNU pada Pemilu 2024. Pilihan politik Gus Yahya ini berbeda dengan Said Aqil yang menjadi pendukung pemerintah Jokowi.