Metafora adalah majas yang digunakan untuk menyamakan sesuatu yang lainnya, atau dikenal dengan kiasan. Majas merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara imajinatif.
Majas digunakan oleh seseorang untuk membuat pembaca memperoleh efek tertentu dari gaya bahasa tersebut yang cenderung ke arah emosional. Majas biasa tersemat dalam suatu karya sastra, baik cerpen maupun puisi.
Namun sebelum membahas lebih lanjut terkait metafora, ada baiknya untuk mengerti gaya bahasa kiasan terlebih dahulu.
Gaya Bahasa Kiasan
Dalam bahasa Indonesia, dikenal gaya bahasa kiasan yang dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. Membandingkan dalam hal ini berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukan kesamaan antara kedua hal.
Ada dua pengertian perbandingan, yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa polos atau langsung (1) dan perbandingan dalam gaya bahasa kiasan (2).
Berikut contohnya:
(1) Dia sama pintar dengan kakaknya.
(2) Matanya seperti bintang timur.
Perbedaan antara kedua perbandingan di atas adalah dalam hal kelasnya. Perbandingan biasa mencakup dua anggota yang termasuk dalam kelas yang sama, sedangkan perbandingan kedua, sebagai bahasa kiasan, mencakup dua hal yang termasuk dalam kelas berlainan.
Untuk menetapkan suatu perbandingan apakah bahasa kiasan atau tidak, dapat dilakukan dengan memperhatikan tiga hal berikut:
- Tetapkan kelas kedua hal yang diperbandingkan.
- Perhatikan tingkat persamaan atau perbedaan kedua hal tersebut.
- Perhatikan konteks di mana ciri-ciri kedua hal itu ditemukan.
Pengertian Metafora
Mengutip buku "Diksi dan Gaya Bahasa" oleh Gorys Keraf, metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya.
Metafora sebagai perbandingan langsung tidak mempergunakan kata: seperti, bak, bagai, bagaikan, dan sebagainya, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua.
Proses terjadinya sebenarnya sama dengan simile, tetapi secara berangsur-angsur keterangan mengenai persamaan dan pokok pertama dihilangkan, misalnya:
- Pemuda adalah seperti bunga bangsa. --> Pemuda adalah bunga bangsa. Pemuda --> Bunga bangsa.
- Orang itu seperti buaya darat. --> Orang itu adalah buaya darat. Orang itu --> buaya darat.
Fungsi Metafora
Metafora tidak mesti menduduki fungsi predikat, tapi bisa juga menduduki fungsi lain seperti subjek, objek, dan sebagainya. Dengan demikian, metafora dapat berdiri sendiri sebagai kata, lain halnya dengan simile.
Bagi simile, konteks sangat penting, karena akan membantu makna persamaan itu. Sebaliknya, makna metafora justru dibatasi oleh sebuah konteks.
Bila dalam sebuah metafora, kita masih dapat menemukan makna dasar dari konotasinya sekarang, maka metafora itu masih hidup. Namun, jika tidak, maka metafora itu sudah mati atau klise.
- Perahu itu menggergaji ombak.
- Mobilnya batuk-batuk sejak pagi tadi.
- Pemuda-pemudi adalah bunga bangsa.
Kata menggergaji, batuk-batuk, bunga, dan bangsa masih hidup dengan arti aslinya. Sebab itu, penyimpangan makna seperti terdapat dalam kalimat-kalimat di atas merupakan metafora yang hidup.
Namun, proses penyimpangan semacam itu pada suatu saat dapat membawa pengaruh lebih lanjut dalam perubahan makna kata. Kebanyakan perubahan makna kata mula-mula terjadi karena metafora.
Lama-kelamaan orang tidak memikirkan lagi tentang metafora itu, sehingga arti yang baru itu dianggap sebagai arti yang kedua atau ketiga kata tersebut: berlayar, berkembang, jembatan, dan sebagainya. Metafora semacam ini adalah metafora mati.
Dengan matinya sebuah metafora, kita berada kembali di depan sebuah kata yang mempunyai denotasi baru. Metafora semacam ini dapat berbentuk sebuah kata kerja, kata sifat, kata benda, frasa atau klausa: menarik hati, memegang jabatan, mengembangkan, menduga, dan sebagainya. Saat ini, tidak ada yang berpikir bahwa bentuk-bentuk itu tadinya adalah metafora.
Contoh Majas Metafora
Berikut beberapa contoh majas metafora:
- Presiden Rusia tersulut api amarah.
- Pria itu seorang buaya darat.
- Malas baca jadi otak udang.
- Ibuku dulu adalah kembang desa.
- Pegawai baru itu cari muka di hadapan atasan.
- Mereka semua pasang muka tembok.
- Pria sukses itu dulunya dianggap sampah masyarakat.
- Hati-hati dengan tikus berdasi di sekitar kamu.
- Jangan pernah berkecil hati jika mengalami kegagalan.
- Perempuan itu adalah tulang punggung keluarganya saat ini.
- Perpustakaan adalah gudang ilmu.
- Matahari bangun terlalu pagi, rasanya aku tertidur baru beberapa menit.
- Siang itu awan menangis.