Masyarakat kembali diresahkan mengenai kabar keabsahan vaksin Covid-19. Kali ini sempat beredar sebuah video di media sosial TikTok yang berisi informasi dampak vaksin mRNA.
Dalam video tersebut, kalau vaksin mRNA untuk Covid-19 dituding dapat menyebabkan seseorang meninggal. Video tersebut merujuk pada pasien lanjut usia alias lansia di atas 70 tahun yang meninggal setelah 2-3 tahun pasca-vaksinasi.
“Siapa saja yang berusia 70 tahun ke atas yang mengambil vaksin mRNA ini, mungkin akan meninggal dakam jangka waktu 2 atau 3 tahun ke depan,” tulis video yang diunggah ke media sosial tersebut, dilansir dari Turnbackhoax, Selasa (25/1).
Vaksin mRNA dikembangkan oleh Katalin Kariko, seorang ahli biokimia asal Hungaria. Dia berhasil mengembangkan teknologi messenger ribonucleic acid (mRNA) untuk membuat vaksin virus corona.
Wanita kelahiran 17 Januari 1955 itu, menjabat sebagai wakil presiden senior BioNTech dan kepala terapi pengganti protein RNA. Selain itu, dia juga merupakan asisten profesor bedah saraf di University of Pennsylvania, Amerika Serikat (AS).
Kariko melakukan penelitian untuk mengembangkan vaksin Covid-19 menggunakan teknologi mRNA. Vaksin berbasis mRNA terbukti menjadi solusi tercepat dan paling efektif dalam menciptakan respon kekebalan terhadap virus Corona.
Cara kerjanya berbeda dengan vaksin konvensional yang memakai virus atau kuman yang dilemahkan. Vaksin mRNA memakai komponen rekayasa genetik agar menyerupai kuman atau virus tertentu. Saat masuk ke tubuh, vaksin membawa informasi yang memungkinkan sel tubuh manusia membuat imunitas atau kekebalan.
Dengan teknologi tersebut, pembuatan vaksin dilakukan secara kimiawi, tanpa membutuhkan sel atau patogen. Proses produksinya pun menjadi lebih sederhana.
Penelusuran Fakta
Mengutip laman Covid19.go.id, Selasa (25/1), disampaikan bahwa belum ada kasus atau hasil penelitian yang menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 dengan teknologi mRNA dapat menyebabkan kematian secara langsung kepada penerima vaksin.
Di samping itu, kematian pasca-vaksinasi dapat terjadi karena beberapa hal, seperti tingkat usia, hormon, dan penyakit bawaan.
Melansir laman Turbackhoax, beberapa kasus kematian setelah vaksinasi memang pernah terjadi. Namun, menurut para ahli, vaksin tidak berperan secara langsung sebagai penyebab kematian.
Sementara itu, berdasarkan data The Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dari 145 juta dosis di Amerika Serikat (14 Desember 2020-25 Maret 2021), ada 2.509 kematian atau 0,0017 % kematian bagi orang yang sudah divaksin.
Namun, CDC merilis data tersebut dengan mempertimbangkan akta kematian, otopsi, dan catatan medis. Dari sana, tidak ada bukti bahwa vaksin berkontribusi pada kematian.
Kesimpulan
Kekhawatiran masyarakat bahwa vaksin Covid-19 khususnya mRNA dapat menyebabkan kematian pada mereka yang berusia lanjut adalah disinformasi. “Faktanya, informasi tersebut salah,” sebagaimana dikutip dari laman Covid19.go.id.
Dengan demikian, video yang menyebutkan vaksin mRNA dapat membuat mereka yang berusia 70 tahun ke atas dapat meninggal dalam 2-3 tahun, merupakan hoaks dengan kategori konten yang menyesatkan.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mencatat, orang yang belum divaksin lebih berisiko meninggal dunia akibat virus corona Covid-19. Ini sebagaimana tergambar dari data klaim perawatan pasien terinfeksi corona di rumah sakit sejak Mei-Juli 2021.
Berdasarkan data tersebut, risiko kematian akibat corona turun hingga 37 % bagi mereka yang telah mendapatkan satu dosis vaksin. Sedangkan, risiko kematian turun hingga 73 % bagi orang yang telah mendapatkan dua dosis vaksin.
Untuk itu, masyarakat diimbau untuk mengikuti vaksinasi untuk menurunkan risiko kematian akibat corona. Selain itu, masyarakat perlu mencegah penularan corona dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun.
Konten cek fakta ini kerja sama Katadata dengan Google News Initiative untuk memerangi hoaks dan misinformasi vaksinasi Covid-19 di seluruh dunia.