Istilah "cebong" dan "kampret" sudah lumrah terucap pada percakapan di duna maya, khususnya media sosial Twitter. Istilah ini ternyata bermula menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 lalu. Penelitian Drone Emprit menemukan bahwa puncak penyebutan kedua istilah tersebut meningkat drastis pada April 2019, beriringan dengan pelaksanaan Pemilu untuk memilih kandidat Presiden dan Wakil Presiden RI.
Pada periode tersebut, publik menggunakan kata cebong pada lebih dari 400 ribu cuitan, dan kampret mencapai 300 ribu cuitan di Twitter. Tren penggunaan istilah kedua kata ini menurun tajam setelah pelaksanaan pemilihan presiden (Pilpres), menjadi kurang dari 100 ribu cuitan.
“Pascapilpres, peta SNA setahun terakhir masih memperlihatkan klaster kontra Jokowi paling kuat memanggil cebong,” kata Founder Drone Emprit, Ismail Fahmi, dalam rilis laporannya, Minggu (17/4).
Usai Pilpres, penyebutan cebong dan kampret perlahan tergantikan dengan penggunaan istilah baru, yaitu "kadrun" dan "buzzeRp" serta variasinya "buzzerRp".
Sementara itu terhitung sejak Juli 2015 hingga Sabtu 16 April, terdapat lebih dari 14 juta cuitan yang menyebutkan keempat istilah tersebut: Cebong 4,67 juta, kadrun 4,33 juta, kampret 3,94 juta, buzzeRp 943 ribu, dan buzzerRp 352 ribu.
Jika keempat istilah ini dibandingkan penggunaannya dalam setahun terakhir ini, penyebutan kadrun mendominasi dengan 54%, kampret 17%, buzzeRp 17%, dan cebong 12%.
"Semua istilah tersebut tetap melekat pada kelompok tertentu," kata Fahmi.
Berdasarkan data Drone Emprit, selama setahun terakhir, sebanyak 580 ribu akun aktif menyebutkan kata cebong. Sebutan itu paling banyak digunakan klaster akun kontra Jokowi, meskipun masih ada akun pro Jokowi yang menggunakannya dalam klaster kecil.
Jika istilah cebong ditujukan bagi pendukung Jokowi, istilah kampret tidak hanya ditujukan bagi pendukung Prabowo sebagai calon presiden saingan Jokowi. Istilah tersebut ternyata juga banyak digunakan netizen umum dan K-poppers atau masyarakat penggemar budaya pop dari Korea Selatan. Hal ini membuat total penggunaan kata kampret mencapai lebih dari satu juta pengguna aktif dalam setahun terakhir.
Kemudian, istilah kadrun atau kadal gurun, yang merujuk kepada kelompok kontra Jokowi digunakan oleh sekitar 354 ribu akun aktif.
“Pasca pilpres, peta SNA setahun terakhir masih memperlihatkan klaster Pro Jokowi paling kuat memanggil kadrun,” kata Fahmi.
Kemudian mengenai penggunaan buzzeRp atau buzzerRp, dalam setahun terakhir hanya ada satu klaster yang aktif menggunakannya. Klaster tersebut berafiliasi dengan kalangan oposisi dan aktivis, yang sering menyuarakan kritik terhadap pemerintah.
“Klaster yang dipanggil 'buzzeRp', yang dianggap dibayar jadi buzzer, tidak tampak dalam SNA,” ujarnya.
Untuk melakukan penelitian, Drone Emprit menyasar beberapa kata kunci sebagai dasar pencarian percakapan. Istilah cebong dengan kata kunci kecebongan, kecebonger, cebong. Kemudian, kampret dengan kampret dan kampretos. Lalu buzzeRp dan buzzerRp, serta kadrun dengan kata kunci kadrun dan kadal gurun.
Simak juga data mengenai sumber informasi masyarakat Indonesia.