Alasan SIA Beri Gelar Profesor Kehormatan untuk Megawati

Katadata
Presiden kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri, saat tiba di Seoul, Korea Selatan, Minggu (8/5) waktu setempat. Megawati direncanakan akan menghadiri pelantikan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, dan menerima penganugerahan gelar profesor kehormatan dari Seoul Institute of the Arts (SIA).
9/5/2022, 12.47 WIB

Sebuah perguruan tinggi di Korea Selatan, Seoul Institute of The Arts (SIA) akan memberikan gelar profesor kehormatan kepada Presiden Kelima RI, Megawati Soekarnoputri. 

SIA merupakan institusi pendidikan ternama yang sudah berdiri lebih dari 60 tahun. Beberapa artis ternama dan berkualitas dari Korea juga telah mengenyam pendidikan di sini, seperti bintang film Kim Seon Ho, Son Ye Jin, hingga Kim Ha-neul, kemudian ada juga penyanyi Wooyoung dari Grup 2PM, serta Presenter Yoo Jae-Suk.

Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menjelaskan pihak SIA memberi gelar profesor tersebut karena menilai besarnya kontribusi serta komitmen kemanusiaan Megawati dalam memperjuangkan perdamaian di Semenanjung Korea. Terutama berkaitan dengan demokrasi, lingkungan dan kebudayaan.

"Diharapkan dengan kepemimpinan Ibu Mega yang diterima kedua belah pihak, dalam membantu proses dialog bagi masa depan peninsula itu. Dan di sinilah pemberian profesor kehormatan diberikan kepada Ibu Megawati dari Seoul Institute of The Arts," kata Hasto melalui keterangan resmi, Minggu (8/5).

Menurut Hasto, Megawati menjadi salah satu pemimpin yang bisa diterima kedua belah pihak baik Korea Utara maupun Korea Selatan.

Bagi Korea Utara, Megawati masih terkait dengan Presiden Soekarno, yang secara sejarah memiliki hubungan dengan Pemimpin Besar Korea Utara, Kim Il Sung. Di mana bunga Angrek pemberian Bung Karno yang dikenal dengan nama Kimilsungnia, kini menjadi simbol persahabatan Indonesia dan Korea Utara.

Sementara untuk Korea Selatan, Megawati pernah jadi utusan khusus Presiden Korea Selatan untuk ke Korea Utara dalam menjalankan diplomasi perdamaian.

"Pada dasarnya Korea ini kan satu bangsa dua negara. Hanya karena perbedaan ideologi akibat perang dingin, kemudian terpecah jadi dua negara, sehingga proses reunifikasi Korea harus terus menerus dijalankan dengan cara damai dan dialog. Diplomasi kebudayaan merupakan pendekatan penting yang bisa dilakukan," ungkap Hasto.

Sebelum memberikan gelar profesor kehormatan ini, SIA juga sudah melakukan beragam kajian terhadap kepemimpinan Megawati dan dedikasinya terhadap kebudayaan.

"Kalau kita lihat ke dalam, PDI Perjuangan adalah satu-satunya partai di Indonesia yang memiliki Badan Kebudayaan. Kebudayaan sebagai ruang dialog dalam politik itu juga hanya diwujudkan PDI Perjuangan. Kita punya Badan Kebudayaan yang terbukti efektif dalam menjabarkan Pancasila melalui jalan Trisakti," kata Hasto.

Di Seoul, selain menerima gelar profesor kehormatan, Megawati juga akan menghadiri pelantikan Presiden terpilih Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, kemudian melakukan pertemuan bilateral.

Gelar dari SIA ini bukan yang pertama dari Korsel untuk Megawati. Sebelumnya, Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila itu juga menerima gelar doktor honoris causa dari beberapa universitas di Korea. 

Gelar profesor kehormatan dari SIA ini akan menjadi yang kedua bagi Megawati. Sebelumnya, pada Juni 2021 lalu, Megawati juga menerima gelar Profesor kehormatan dari Universitas Pertahanan (Unhan) RI di Bidang Kepemimpinan Strategik.

Selain itu, Ketua Umum PDIP ini juga telah menerima sembilan gelar doktor kehormatan dari berbagai perguruan tinggi di dunia.
1. Waseda University of Tokyo, Tokyo, Jepang, 29 September 2001 (Bidang Politik).
2. Moscow State Institute of International Relations (MGIMO), Moskow, Rusia, 22 April 2003 (Bidang Politik).
3. Korea Maritime and Ocean University, Busan, Korea Selatan, 19 Oktober 2015 (Bidang Politik)
4. Universitas Padjajaran (UNPAD), Bandung, Indonesia, 25 Oktober 2016 (Bidang Politik dan Pemerintahan).
5. Universitas Negeri Padang (UNP), Kota Padang, Indonesia, 27 September 2017 (Bidang Pendidikan Politik).
6. Mokpo National University, Kota Mokpo, Korea Selatan, 16 November 2017 (Bidang Demokrasi Ekonomi).
7. Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Bandung, Indonesia, 8 Maret 2018 (Bidang Politik dan Pemerintahan).
8. Fujian Normal University (FNU), Fuzhou, Fujian, Tiongkok, 5 November 2018 (Bidang Diplomasi Ekonomi).
9. Soka University Japan, Tokyo, Jepang, 8 Januari 2020 (Bidang Kemanusiaan).

Simak juga data mengenai jumlah profesor di Indonesia:

Reporter: Aryo Widhy Wicaksono