Mentan Percepat Atasi Wabah PMK di 16 Daerah, Pasokan Idul Adha Aman

ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/rwa.
Petugas Dinas Pertanian dan Perikanan (Dispertan) Sukoharjo menyemprotkan cairan disinfektan ke arah sapi yang diperjualbelikan di Pasar Hewan Bekonang, Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (14/5/2022). Penyemprotan dan pemeriksaan di pasar hewan tersebut untuk mencegah penyebaran virus penyakit kuku dan mulut (PMK) hewan ternak sapi.
18/5/2022, 16.47 WIB

Kementerian Pertanian meminta semua pihak turun langsung dan terlibat aktif dalam menekan jumlah penularan penyakit mulut (PMK) dan kaki. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pihaknya mengajak semua daerah untuk menerapkan strategi intelektual sebagai langkah percepatan dalam mengatasi wabah PMK.

Syahrul mengatakan, pasokan daging Idul Adha tidak akan terganggu oleh PMK. Berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran yang dilakukan Kementan, penyakit PMK masuk dalam kategori penyakit hewan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Seluruh bagian daging pada hewan yang positif PMK dapat dimakan melalui prosedur yang telah ditetapkan.

"Jajaran Kementan bersama 16 daerah yang terkontaminasi PMK menyatakan siap menghadapi Idul Kurban dan meski ada PMK, pasokan sapi yang ada tidak bersoal," katanya.

Selain itu, wabah PMK juga bisa disembuhkan. Namun, Kementan tetap mewaspadai wabah tersebut dan terus bekerja untuk menekan penularannya.

 “Yang terpenting tidak boleh membangun kepanikan karena itu sangat berbahaya," kata Syahrul.

Kementerian Pertanian juga telah membangun posko pengaduan dan crisis center PMK untuk pusat informasi dan pengaduan terkait penyakit tersebut. Masyarakat yang memiliki hewan dengan gejala PMK dapat menghubungi nomor 081286345622. Posko darurat tanggap darurat ini dikelola langsung Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan.

"Oleh karena itu, jajaran Kementan siaga 1 dan lintas sektor di bawah jajaran Dirjen terus bekerja. Alhamdulillah sekarang tren penyebarannya sudah menurun," kata Mentan.

Sebelumnya, Serikat Petani Indonesia (SPI) menduga penyakit mulut dan kaki (PMK) yang kini mewabah di dalam negeri berasal dari daging dan ternak impor. Pada 2021, volume impor daging melonjak hingga 22,4%.

"Virus PMK ini muncul diduga karena impor daging, sapi, dan ternak lainnya dari luar yang meningkat dari negara-negara yang masih ada wabah PMK, " kata Ketua Umum SPI, Henry Saragih, dalam keterangan resmi, Kamis (12/5). 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor daging sapi pada tahun lalu mencapai 273.530 ton atau naik 22,4% dibandingkan 2020. Sementara itu, nilai impor sebesar US$ 948,37 juta atau Rp 13,64 triliun pada 2021.

Nilai impor tersebut naik 35,83% dibandingkan tahun sebelumnya. Dia mengatakan,  peningkatan impor dirorong oleh UU no. 41-2014. Aturan tersebut memperluas kebijakan impor saat tingkat ketergantungan daging sapi dari luar negeri telah tinggi. Hal ini meningkatkan risiko penularan penyakit pada hewan di dalam negeri.

Peningkatan impor tersebut dipengaruhi produksi daging sap yang turun. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), produksi daging sapi di Indonesia sebesar 437.783,23 ton pada 2021. Jumlah itu turun 3,44% dibandingkan pada 2020 yang sebesar 453.418,44 ton.

Reporter: Antara