Pebulu tangkis ganda putri nasional, Greysia Polii akan secara resmi pensiun sebagai atlet pada acara perpisahan yang secara khusus digelar sebelum berlangsungnya final Indonesia Masters 2022 di Istora Senayan, Jakarta pada Sabtu (4/6). Greysia akan tampil terakhir kalinya sebagai pebulu tangkis pada pertandingan eksibisi yang secara khusus digelar oleh panitia Indonesia Masters.
"Ide acara ini awalnya datang dari pelatih saya, coach Eng Hian dan kemudian diiyakan oleh PBSI serta sponsor untuk menggelar acara farewell nanti. Saya rasa ini adalah apresiasi dari PBSI dan sponsor bagi atletnya yang berprestasi, tidak ada kata yang bisa saya ucapkan selain bersyukur," kata Greysia dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (3/6).
Greysia berhasil mencetak sejarah sebagai ganda putri Merah Putih pertama yang menyumbang medali emas Olimpiade bersama pasangannya, Apriyani Rahayu. Ia memutuskan untuk menggantung raket setelah 19 tahun berprofesi sebagai atlet.
Greysia Polii lahir di Jakarta dari pasangan berdarah Minahasa, Willy Polii dan Evie Pakasi. Ia merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Ia tinggal di Jakarta hingga ayahnya meninggal dunia saat ia berusia 2 tahun. Greysia kemudian pindah ke Manado, tempat ia menghabiskan masa kecilnya.
Ia tertarik untuk bermain bulu tangkis akibat pengaruh dari kakaknya, dan juga dari mantan atlet bulu tangkis nasional Indonesia Deyana Lomban. Bakat bulu tangkisnya mulai muncul ketika ia berusia enam tahun. Pada 1995, ia dan ibunya pindah ke Jakarta untuk mendapatkan pelatihan dan kesempatan bermain bulu tangkis yang lebih baik.
Greysia memulai karirnya sebagai atlet ganda putri dan campuran. Ia dipasangkan dengan Heni Budiman dan berhasil mencapai tahap semifinal pada turnamen Malaysia Satellite 2003. Ia juga memenangkan gelar Kejuaraan Nasional Bulu Tangkis bersama Heni. Mereka mengalahkan pasangan dari Kalimantan Timur, Indarti Isolina dan Angeline de Pauw.
Peningkatan kemampuan Greysia secara tak terduga terlihat saat mengikuti turnamen Singapura terbuka pada 2009. Ia melaju sampai perempat final dan mengalahkan pemain No. 1 dunia pada saat itu, Wong Pei Tty/Chin Eei Hui.
Ia pun lolos ke final, tetapi kalah dari pemain Tiongkok yang sebelumnya juga pernah mengalahkan Greysia/Nitya di All England, yaitu Zhang Yawen/Zhao Tingting.
Pada Januari 2013, Greysia dipasangkan dengan Anggia Shitta Awanda, Runner Up WJC 2011 di sektor Ganda Putri, Greys/Anggia berhasil menembus Babak Kedua All England. Pada Mei 2013, Greysia kembali dipasangkan dengan mantan pasangannya, Nitya Krishinda Maheswari. Pasangan ini tampil menggebrak dengan langsung juara di turnamen pertamanya, SGC Thailand Open GP Gold, menembus Perempatfinal Djarum Indonesia.
Pada 2014, Greysia/Nitya meraih medali emas di cabang bulu tangkis nomor ganda putri perorangan di Asian Games 2014 yang diselenggarakan di Incheon, Korea Selatan. Pada 2017, Greysia mulai dipasangkan dengan Apriani Rahayu. Bersama Apriani, ia mencapai puncak kariernya dan berhasil mencetak sejarah sebagai ganda putri Merah Putih pertama yang menyumbang medali emas Olimpiade.
Ibunda Greysia Polii, Evie Pakasi, mengungkap rahasia dan kepribadian anaknya yang telah mengharumkan nama Indonesia itu. Ditemani menantunya, alias kakak ipar Greysia, Tari menceritakan sisi lain Greysia jika sedang bersama keluarga, kepada Katadata.
“Greysia selalu meminta doa dari saya, dan itu pula yang selalu saya pesankan kepadanya. Sebelum bertanding berdoa, setelah bertanding pun berdoa,” ujar Evie Pakasi, ibunda Greysia Polii ketika dihubungi Katadata.co.id, Selasa (3/9).
Keluarga Greysia menjadikan doa sebagai kekuatan yang selalu menemani dalam setiap langkah kehidupan. Keyakinan tersebut ditularkan dari sang ibu. “Harus punya iman yang kuat, yakin, dan percaya,” kata sang ibu.
Kakak ipar Greysia yang menemani sang ibu saat wawancara, Tari menambahkan, Greysia adalah orang yang ceria. “Greysia kalau di rumah tipikal orang yang periang dan humble. Kalau dia di rumah, kita sekeluarga pasti ketawa,” kata Tari.
Tari menambahkan berbagai prestasi yang berhasil diraih adiknya bukan sekadar memenangkan kompetisi, tetapi berbagi kebahagiaan bagi banyak orang. “Buat kami sekeluarga, kemenangan sejati itu saat kita bisa menciptakan kebahagiaan untuk keluarga, diri kita, dan tentu untuk bangsa dan negara,” katanya.