Survei SMRC: Dukungan Pemilih Jokowi untuk Prabowo Naik

ANTARA FOTO/HO/Biro Pers Setpres/Lukas/nym.
Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pada hari pertama Idul Fitri 1443 Hijriah di Istana Kepresidenan Yogyakarta, Senin (2/5/2022).
4/6/2022, 17.15 WIB

Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan bahwa para pemilih Joko Widodo (Jokowi) pada Pemilihan Presiden 2019 yang berniat mendukung Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, pada Pilpres 2024 menunjukkan tren peningkatan.

Tren dukungan untuk Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, untuk Pilpres 2024 masih unggul, disusul oleh Prabowo. Ada pun dukungan untuk Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, cenderung statis.

"Sekarang 'peperangan' terjadi antara Prabowo dan Ganjar. Antara Desember-Maret, Prabowo naik 4 persen dan Ganjar turun 4 persen," kata pendiri SMRC, Saiful Mujani, seperti dilaporkan Antara, Sabtu (4/6). 

Nama Prabowo dan Ganjar kerap berada di posisi teratas dalam berbagai jajak pendapat lembaga survei terkait Pilpres 2024. Namun belakangan SMRC mencatat pemilih Jokowi-Ma'ruf banyak yang memutuskan beralih mendukung Prabowo di Pilpres 2024.

Menurut Saiful, dalam survei-survei yang dilakukan SMRC selama setahun terakhir, masyarakat yang memilih Jokowi di Pilpres 2019 trennya cenderung memilih Ganjar.  Namun banyak juga yang bergeser ke Prabowo dan Anies Baswedan.

 Dalam empat survei pada periode Mei 2021 hingga Maret 2022, Ganjar memperoleh suara paling banyak dari pemilih Jokowi. Pergerakannya dari 32,8% pada Mei 2021, sempat melonjak 40,6% pada Desember 2021, dan turun jadi 36,9 persen pada Maret 2022.

Sementara, Prabowo meraih dukungan sebesar 24,6% pada Mei 2021, lalu turun  menjadi 22,4% pada Desember 2021, dan naik lagi menjadi 26,3% pada Maret 2022. Anies Baswedan sendiri meraih 23,8 pada Mei 2021 dan 20,8 persen pada Maret 2022.

Menurut Saiful, peta dukungan pemilih Jokowi-Maruf Amin pada Pilpres 2019 penting bagi siapa pun yang akan berkompetisi pada Pemilihan Umum 2024. Perilaku pemilih Jokowi-Ma'ruf tidak bisa hanya didasarkan keputusan partai.

Aspek-aspek dari partai politik lain, kata Saiful, juga perlu dihitung. Jumlah suara PDI Perjuangan hanya sekitar 20 persen, sementara Jokowi-Ma'ruf memperoleh 55 persen suara pada Pemilu 2019.

"Kekuatan PDIP sekitar 20 persen lebih dari total pemilih nasional. Untuk meraih 50 persen plus, butuh dukungan partai lain. Dan pemilih Jokowi di 2019 kan bukan hanya dari PDIP. Ada dari Nasdem, Golkar, dan lain-lain," kata dia.

 Soal pemilih Jokowi yang cenderung memilih Ganjar, Saiful menyatakan itu sebagai sesuatu yang wajar. Namun Ganjar belum dikenal luas. "Tapi basis Ganjar ini sama dengan Jokowi. Keduanya kuat di Jawa Tengah. Ganjar sekarang Gubernur Jawa Tengah,” ucapnya.

Prabowo mendapatkan limpahan suara lebih banyak dari Anies karena hubungannya dengan Jokowi. “Meski pun tadinya lawan pada Pilpres (2019), Prabowo belakangan bergabung di kabinet Jokowi," ucapnya.

Ada pun Anies, yang sebelumnya berada di kubu Jokowi, sempat diberhentikan oleh Jokowi dari posisi menteri.  Dia belakangan berlawanan dengan Jokowi. "Maju jadi gubernur didukung partai-partai yang bukan pendukung Jokowi. Jadi publik menilai hubungan Jokowi dengan Anies tidak baik," kata Saiful.

Reporter: Antara