Sandiaga Setuju Tunda Kenaikan Harga Tiket Borobudur, Apa Alasannya?

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/aww.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno (kedua kiri) saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (10/6/2022).
10/6/2022, 16.22 WIB

Pemerintah telah menunda wacana untuk menaikkan harga tiket masuk ke bangunan Candi Borobudur menjadi Rp750 ribu per orang. Penundaan ini diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Maves) Luhut Binsar Pandjaitan, karena menimbulkan kegaduhan.

Menanggapi penundaan tersebut, menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, sudah tepat. Sebab wacana untuk menaikkan tarif tersebut tak mencerminkan empati terhadap perekonomian masyarakat. 

“Kondisi ekonomi yang berat, kita harus betul-betul berempati pada masyarakat agar momentum kebangkitan ini bisa terus kita jaga,” kata Sandiaga usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jumat (10/6).

Menurutnya, penundaan kenaikan tarif ini memiliki banyak sisi positif. Selain dapat mempersiapkan kebijakan yang berpihak pada pelestarian budaya, dengan memastikan kondisi candi dalam keadaan terjaga sehingga generasi masa depan tetap dapat mengenal Candi Borobudur. Penundaan kenaikan tarif juga dinilainya dapat membangkitkan perekonomian masyarakat melalui pariwisata.

“Intinya kami berterima kasih dengan masukan, bimbingan dari Komisi X (DPR). Banyak sekali catatan dan tentunya mengapresiasi dukungan dari tambahan anggaran yang kami ajukan demi pemulihan sektor parekraf,” kata Sandiaga.

Sandi menilai, pembahasan mengenai tarif Candi Borobudur sebaiknya tidak hanya dibahas pemerintah pusat, tetapi juga melibatkan para pemangku kepentingan di tingkat daerah. Termasuk dinas di kabupaten dan provinsi terkait. Hal tersebut sesuai dengan masukan dari Komisi X DPR, supaya eksekusinya dapat lebih matang. 

Sebab keberadaan Candi Borobudur sangat mempengaruhi komunitas di sekitar Borobudur. “Penundaan tarif pastinya berguna pada pelestarian Candi Borobudur dan juga kesejahteraan masyarakat, lapangan kerja yang tercipta di sekitar Borobudur,” ujarnya.

Sebelumnya, saat menggelar rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR, Luhut mengkritik anggota DPR yang dia nilai memberikan masukan tanpa memahami pokok permasalahannya. Oleh sebab itu, dia mengangggap banyak pihak yang mengkritiknya terkait usulan untuk menaikkan tarif Borobudur, semata-mata untuk menyerangnya.

“Mohon maaf jangan cari popularitas dengan menyerang saya. Saya hanya pelaksana saja,” kata Luhut di DPR, Kamis (9/6).

Menurutnya, kebijakan untuk menaikkan tarif Borobudur merupakan bentuk antisipasi lonjakan wisatawan yang berkunjung, karena jumlahnya mencapai jutaan. Usulan yang dia sampaikan dilakukan untuk menjaga dan melestarikan cagar budaya warisan dunia ini.

“Itu mengantisipasi juga lonjakan turis, karena kan dengan kita bikin jalan tol dari Semarang lewat situ,” kata Luhut.

Oleh karena gaduh, maka Luhut menyampaikan bahwa penundaan kenaikan tarif Borobudur dilakukan hingga satu tahun mendatang. Menurutnya, waktu tersebut cukup untuk melihat reaksi masyarakat dan menyosialisasikan agar publik memahami substansi tujuan dari kenaikan tarif. “Biar makin banyak yang paham, yang tadinya nyinyir sudah makin paham,” ujarnya.

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata yang terletak di Magelang, Jawa Tengah ini mencapai 997.250 orang pada 2020.

Rinciannya, jumlah kunjungan wisatawan domestik yang berkunjung ke Candi Borobudur sebanyak 965.699 orang. Sedangkan, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 31.551 orang.

Reporter: Ashri Fadilla