Charta Politika: Elektabilitas PDIP Jauh Lampaui Gerindra dan Golkar

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kedua kiri) didampingi Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (kedua kanan) di Wisma Kinasih, Tapos, Depok. Survei menunjukkan PDIP masih memiliki elektabilitas tertinggi.
Penulis: Ashri Fadilla
Editor: Agustiyanti
14/6/2022, 07.40 WIB

Survei yang digelar Charta Politika menunjukkan PDIP masih menjadi parpol yang memperoleh elektabilitas tertinggi sebanyak 24,1%. Elektabilitas PDIP jauh mengungguli partai lainnya, seperti Gerindra yang berada di posisi kedua sebesar 13,8% dan Golkar 11,3%. 

Berdasarkan survei yang digelar pada 25 Mei hingga 2 Juni 2022 ini, PKB 8,3%, Demokrat 7,2%, PKS 7%, dan Nasdem 5,3%. Sementara dua partai lainnya yang memiliki fraksi di DPR, PAN dan PBB  yang saat ini masih memiliki kursi DPR, memperoleh elektabilitas di bawah parliamentary threshold atau ambang batas parlemen, yaitu 2,5%.

“Masih ada angka tidak tahu atau tidak menjawab saat disurvei. Ini yang kami anggap sebagai potensial undecided voters di angka 2,7% dan 2%,” kata Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya pada Senin (14/6).

Menurut Yunarto, PAN dan PBB memiliki pekerjaan berat untuk menaikkan elektabilitasnya. Demikian pula dengan partai-partai lain yang sebelumnya belum lolos, seperti Perindo, PSI, juga partai-partai lain yang baru terbentuk. 

Yunarto menilai, pilihan capres PDIP akan menjadi gong penentu yang memberikan pengaruh signifikan terhadap elektabilitas partai nantinya. PDIP sebelumnya tak pernah memenangkan kontestasi Pemilu, baik Pileg maupun Pilpres. Namun saat parpol tersebut memperoleh tokoh yang tepat untuk diusung menjadi calon presiden (capres), PDIP langsung dua kali memenangkan Pemilu berturut-turut.

Sementara elektabilitas Gerindra yang berada pada posisi kedua, dinilai Toto berkorelasi dengan elektabilitas ketua umumnya, Prabowo Subianto. Menurutnya, partai berlambang Burung Garuda itu masih bergantung pada sosok Prabowo sebagai tokoh sentral,

Namun, Prabowo sempat membuat bingung dengan pernyataannya bahwa capres Gerindra tak mesti dirinya. Padahal, para kader Gerindra, termasuk para elit menghendaki dirinya untuk menjadi capres yang diusung Gerindra.

“Apakah Pak Prabowo akan maju? Karena ada pertanyaan besar meskipun rabowo sudah tiga kali mengikuti Pemilu tapi bahkan sekarang posnya sudah tidak menempati posisi satu,” terangnya.

Selain PDIP dan Gerindra, Toto juga menyoroti elektabilitas Golkar yang belum pernah memenangkan Pilpres. Hal itu disebabkan belum adanya tokoh capres yang cukup kuat dari Golkar. Begitu pula PKB yang memiliki ambisi untuk mengusung ketua umumnya, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Hingga kini, Cak Imin belum menempati posisi lima besar dalam survei elektabilitas capres.

Problem tokoh yang akan diusung capres juga menjadi permasalahan di Demokrat. Menurut Toto, pengusungan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) cenderung dipaksakan untuk menjadi capres. Baginya, akan lebih baik jika Demokrat berfokus terlebih dulu menjadi bagian dari barisan partai pemenang.

“Begitu pula Nasdem dan PKS,” ujarnya.

Survei yang digelar SMRC sebelumnya juga menunjukkan PDIP masih menjadi partai dengan elektabilitas tertinggi.

Reporter: Ashri Fadilla