Menkes Sebut Kasus Covid-19 Mulai Melandai, Apa Sebabnya?

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/hp.
Sejumlah pemuda yang akan mengikuti pawai Ogoh-ogoh antre menjalani tes 'swab' antigen COVID-19 di Legian, Badung, Bali, Selasa (1/3/2022).
4/7/2022, 14.43 WIB

Tren penularan Covid-19 masih terjadi dalam beberapa pekan belakangan. Namun Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan tren tersebut mulai melandai.

Kasus baru pada Minggu (3/4) mencapai 1.614 orang, turun dari 1.794 sehari sebelumnya. Adapun tren pasien menurun sejak 28 Juni 2022 lalu yakni 2.167 orang.

"Walaupun kasus baru naik setiap hari, mulai melandai di Jakarta dan Indonesia," kata Budi Gunadi dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (4/1).

Budi juga tetap menunggu tren Covid-19 pada satu hingga dua pekan ke depan. Ini untuk mengetahui apakah tren pelandaian akan terus berlanjut atau tidak.

Mengapa pelandaian kasus sudah terjadi?

Puncak Penyebaran Varian Baru

Budi menjelaskan saat ini subvarian baru BA.4 dan BA.5 telah mencapai 80% hingga 90%. Dari pengalaman pada puncak Delta dan Omicron, puncak kasus akan terjadi begitu penularan varian baru mendominasi.

Ini bisa menjelaskan mengapa kasus di Jakarta melandai selama beberapa hari terakhir. "Sudah 100% penularan DKI adalah subvarian itu (BA.4 dan BA.5)," kata Budi.

Antibodi Penduduk

Jika tren kasus terus melandai, Indonesia bisa menjaga puncak Covid-19 tak setinggi negara lain. Budi menjelaskan faktor lain penyebab kenaikan tak tinggi adalah karena antibodi masyarakat telah tinggi.

Bahkan dari hasi sero survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada Maret 2022, sebanyak 99% populasi di Indonesia telah memiliki antibodi Covid-19. Angka ini meningkat dari 88% pada Desember 2021 lalu.

Oleh sebab itu Kemenkes akan melakukan sero survei ketiga untuk mengetahui status kekebalan penduduk terkini. Survei akan dilakukan bulan ini dan rampung dalam satu bulan.

"Dalam sebulan hasil akan keluar dan diharapkan kami bisa mengambil kebijakan lebih tepat," katanya.