Untuk memperingati Hari Anak Nasional (HAN) yang diselenggarakan setiap 23 Juli, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berkomitmen melakukan transformasi dalam layanan primer.
Transformasi layanan primer berfokus pada upaya promotif dan preventif untuk memastikan anak tetap sehat dan terhindar dari pandemi selanjutnya, atau terhadap penyakit yang sedang beredar di masyarakat.
"Tujuannya adalah untuk menciptakan orang yang sehat dengan menggerakkan langkah-langkah preventif," ucap Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangan resmi, Sabtu (23/7).
Program utama dalam penguatan upaya preventif di layanan primer dilakukan melalui penambahan imunisasi rutin dari 11 menjadi 14 vaksin. Adapun penambahan 3 imunisasi adalah:
- Vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV).
Vaksin PCV bertujuan mencegah penyakit radang paru, radang selaput otak, serta radang telinga yang disebabkan bakteri Pneumokokus.
- Vaksin Rotavirus
Vaksin Rotavirus untuk mencegah diare berat dan komplikasinya yang disebabkan oleh virus Rota.
- Vaksin Human Papilloma Virus (HPV)
Vaksin HPV untuk mencegah kanker leher rahim (kanker serviks) pada wanita.
Selain itu, memantau tumbuh kembang anak di posyandu dengan alat antrometri terstandar.
Program utama Kemenkes ini merupakan bagian dari upaya memberikan perlindungan kepada anak bangsa untuk menuju Indonesia maju.
Menurut Budi, tumbuh dan kembang anak yang optimal mendukung terwujudnya kualitas kesehatan, kecerdasan dan daya saing individu. Sedangkan masalah pada kesehatan anak merupakan dampak perilaku yang tidak mendukung kesehatan, pola pengasuhan dan tumbuh kembang anak yang tidak optimal, asupan gizi yang tidak optimal, aktivitas fisik yang kurang, kebersihan individu dan sanitasi lingkungan yang tidak baik. Kemudian, perilaku merokok, adiksi gadget, serta komunikasi orang tua dan anak yang buruk.
"Orang tua, keluarga, masyarakat termasuk dunia usaha, institusi pendidikan, profesi dan pemerintah bertanggung jawab dalam pemenuhan hak anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi," ujar Menkes Budi.
Salah satu persoalan yang masih menjadi fokus pemerintah adalah stunting. Menurut laporan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2021 sebanyak 24,4% atau 1 dari 4 anak balita Indonesia mengalami stunting.
Menurut Kemenkes, stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan rata-rata anak seusianya. Kondisi ini terjadi akibat masalah gizi kronis atau kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama.
Transformasi pada layanan primer ni sejalan dengan tema HAN 2022, yakni 'Anak Terlindungi, Indonesia Maju'. Kemenkes pun mengangkat sub-tema HAN 2022 dengan 'Meningkatkan Kualitas Hidup Anak Melalui Pola Asih, Asah, Asuh dan Pelayanan Yang Berkualitas'.
Rangkaian kegiatan HAN Kemenkes tahun ini berkolaborasi dengan lintas sektor, dunia usaha, organisasi profesi dan masyarakat. Peringatan HAN bertujuan untuk meningkatkan partisipasi seluruh komponen bangsa dan menguatkan daya ungkit program pemerintah dalam menjamin pemenuhan hak anak.
Kegiatan yang diselenggarakan dalam memenuhi hak anak berupa gerakan Aksi Bergizi di SMP, SMA dan sederajat, untuk mengimplementasikan peningkatan konsumsi tablet tambah darah kepada remaja putri.
Kemenkes juga menyelenggarakan pendataan terhadap gangguan kesehatan mata, khususnya gangguan refraksi pada anak sekolah.