Kemenkes Pantau Satu Suspek Cacar Monyet, Bukan dari Luar Negeri

ANTARA FOTO/REUTERS/CDC/Handout /RWA/dj
T. IT IS DISTRIBUTED, EXACTLY AS RECEIVED BY REUTERS, AS A SERVICE TO CLIENTS Bagian jaringan kulit yang diambil dari luka pada kulit kera yang telah terinfeksi virus cacar monyet, dilihat dengan pembesaran 50X di hari keempat perkembangan ruam pada 1968.
3/8/2022, 16.30 WIB

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah memantau satu kasus suspek cacar monyet. Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan, kasus tersebut bukan berasal dari luar negeri.

"Seorang laki-laki, 55 tahun, bukan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN," kata Syahril kepada Katadata.co.id, Rabu (3/8).

Pasien terduga itu sedang menjalankan isolasi di sebuah rumah sakit swasta untuk perawatan. Pasien akan menjalani tes Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk memastikan apakah terinfeksi cacar monyet.

"Bisa saja hanya cacar biasa atau penyakit lain, bukan monkeypox," ujar dia.

Hingga saat ini, belum ada kasus konfirmasi cacar monyet di Tanah Air. Meski begitu, para tenaga kesehatan terus mewaspadai potensi masuknya cacar air di Indonesia.

Apalagi, kasus cacar monyet sudah ditemukan di negara tetangga, Singapura. Selain itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan status darurat kasus cacar monyet.

Sebelumnya, Ketua Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Agus Dwi Susanto meminta tenaga kesehatan untuk mewaspadai gejala cacar monyet.

Menurutnya, kunci pencegahan yang paling efektif ialah menghindari kontak dengan pasien yang diduga terinfeksi cacar monyet. Selain itu, pencegahan diiringi dengan deteksi dini kasus aktif guna melakukan karantina.

Ia juga meminta tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat yang menemukan gejala cacar monyet untuk melakukan tindak lanjut dengan tes PCR. Tes itu dilakukan melalui metode pemeriksaan virus cacar monyet dengan mendeteksi DNA virus.

Kemudian, tenaga kesehatan perlu segera melaporkan ke Dinas Kesehatan setempat agar segera dilakukan tindakan lebih lanjut lainnya.

Sementara itu, PB IDI juga membentuk Satgas Monkeypox untuk merespons langkah WHO yang menyatakan cacar monyet harus menjadi perhatian di seluruh dunia.

Reporter: Rizky Alika