Hasil penelitian Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan mayoritas dari 1.220 responden, tak setuju pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
Melalui survei yang dilakukan pada 13 - 21 Agustus 2022, umumnya publik menilai pemerintah sebaiknya menahan harga BBM, walaupun memiliki konsekuensi menambah utang negara.
"Hampir 60% masyarakat menyatakan sebaiknya BBM tidak usah dinaikan. Jadi kebijakan menaikan harga BBM bukan kebijakan yang populer," ujar Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan, saat memaparkah hasil survei yang disiarkan melalui channel Youtube LSI, Minggu (4/9).
Dari survei terlihat 58,7% responden berharap pemerintah tetap mengupayakan harga BBM tetap seperti sebelumnya, walaupun di tengah kenaikan harga minyak dunia. Sementara 26,5% setuju jika pemerintah menaikkan harga BBM untuk mengurangi beban subsidi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pada survei ini juga terlihat mayoritas responden, 58,1% lebih suka jika pemerintah menerapkan subsidi terhadap barang, sehingga membuat harganya lebih terjangkau. Di sisi lain, yang setuju adanya subsidi tunai diberikan kepada kelompok masyarakat tertentu mencapai 39,5%.
Sedangkan menyangkut rencana pemerintah untuk menerapkan pembatasan konsumsi BBM jenis Pertalite dan Solar memakai aplikasi MyPertamina, 73,2% responden menolak ide tersebut.
Meski begitu, terdapat 21,3% responden lainnya menyatakan setuju terhadap pembatasan menggunakan aplikasi.
Populasi survei ini adalah warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka. Dari populasi tersebut kemudian dipilih secara acak 1.220 responden. Margin of error dari ukuran sampel tersebut mencapai +/- 2.9% pada tingkat kepercayaan 95%, dengan asumsi simple random sampling.
Pemerintah pada Sabtu (3/9) akhirnya mengumumkan kenaikan harga BBM jenis Pertalite, Solar, dan Pertamax sebesar rata-rata 26%. Kenaikan harga tersebut berlaku mulai 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.
Harga Pertalite diputuskan naik sebesar 31% dari Rp7.650 menjadi Rp10.000 per liter. Begitu pula Solar dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter. Sedangkan Pertamax naik Rp2.000 menjadi Rp14.500 per liter.
“Pemerintah harus membuat keputusan yang sulit. Ini adalah pilihan terakhir yakni mengalihkan subsidi BBM. Maka harga beberapa subsidi akan disesuaikan,” kata Presiden Joko Widodo saat mengumumkan kenaikan harga BBM, Sabtu, (3/9).
Sementara itu, Riset Bank Mandiri memperkirakan bahwa peningkatan harga Pertalite tersebut akan memperlambat pertumbuhan ekonomi 0,17 poin persentase. Kenaikannya juga akan memberikan andil 0,83 poin persentase terhadap inflasi.
Sementara itu, jika harga Solar meningkat ke Rp8.500 per liter, pertumbuhan ekonomi diperkirakan bisa melambat 0,07 poin persentase dan inflasi bisa lebih tinggi 0,33 poin persentase.
Walaupun Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga, tingkat inflasi tahunan pada akhir 2022 diperkirakan bisa mencapai 6% akibat kenaikan harga BBM, menurut Bank Mandiri. Ini lebih tinggi dari perkiraan dasar 4,6%.