Jokowi Jengkel Belanja Negara Masih Rendah Jelang Akhir Tahun

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.
Presiden Joko Widodo memberikan arahan saat memimpin rapat kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (20/6/2022).
12/10/2022, 22.14 WIB

Presiden Joko Widodo kembali mengingatkan agar para pembantunya agar mempercepat belanja negara. Kepala Negara menyoroti lambatnya Kementerian dan Lembaga (K/L) untuk membelanjakan anggaran.

Presiden Widodo mencatat realisasi serapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) baru mencapai 62,5% hingga saat ini. Adapun, realisasi belanja modal baru mencapai 45,8%.

"Belanja barang dan jasa masih sangat rendah,  termasuk Bansos," ujar Presiden Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna, Selasa (11/10) dan diunggah di Youtube Sekretariat Presiden pada Rabu (12/10).

Jokowi menigmbau Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy memperhatikan dampak dari gejolak ekonomi terhadap angka kemiskinan. Kepala Negara menekankan agar penyaluran Bansos harus dilakukan secara teliti.

"Kalau memang kurang, kita rapatkan lagi, kita meeting-kan lagi seperti apa solusinya," kata Presiden Widodo.

Presiden Jokowi meminta kepada menteri koordinator untuk memperkuat konsolidasi yang ada di bawahnya. Menurutnya, hal tersebut penting agar pemerintah dapat mengurus dampak perlambatan ekonomi dunia.

Padahal, pemerintah mengandalkan belanja negara untuk menopang pertumbuhan ekonomi di tengah risiko perlambatan ekonomi dunia. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut realisasi belanja masih tersisa banyak dan baru akan cair pada kuartal keempat.

Sri Mulyani mencatat, mayoritas belanja negara belum mencapai 60% meski tersisa beberapa bulan lagi sebelum tahun fiskal 2022 berakhir. Oleh karena itu, menurut dia, belanja akan cukup besar terealisasi di tiga bulan terakhir tahun ini.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi, menurut dia, sudah terlihat di banyak negara di dunia hingga kuartal ketiga ini. Hal ini dipicu oleh kenaikan inflasi yang kemudian memaksa bank sentral memperketat kebijakan suku bunga.

"Pasti banyak negara pertumbuhan ekonominya melemah atau menurun, kita masih menanjak," ujarnya.

Reporter: Andi M. Arief