Heboh Konser Berdendang Bergoyang Disetop Polisi, Kelebihan Kapasitas?

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/tom.
Penyanyi Ardhito Pramono melantunkan lagu dalam Berdendang Bergoyang Festival di Istora Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Sabtu (29/10/2022). Festival musik yang berlangsung hingga Minggu (30/10) tersebut menampilkan puluhan penyanyi dan grup musik lintas aliran di lima panggung dalam satu area Istora.
31/10/2022, 12.04 WIB

Konser Berdendang Bergoyang dihentikan polisi karena faktor keamanan. Polisi bahkan membatalkan penyelenggaraan konser hari ke-3.

Hal itu disampaikan panitia konser "Berdendang Goyang" dalam akun instagramnya @bb_festival. Konser tersebut seharusnya diselenggarakan pada 28-30 Oktober 2020.

"Mohon maaf sebesar-besarnya, dengan berat hati menginformasikan bahwa event festival di hari ke-3 tanggal 30 Oktober 2022 yang diselenggarakan di Istora Senayan dan Parkir Selatan GBK, harus dibatalkan atas dasar alasan keselamatan dan keamananan," tulis akun tersebut, dikutip Senin (31/10).

Panitia menjelaskan bahwa pembatalan tersebut merupakan instruksi dari kepolisian. Dalam keterangan tersebut, panitia juga menjelaskan akan segera mengumumkan cara proses pengembalian tiket di akun media sosial mereka.

Namun demikian, hingga berita ini diturunkan belum ada pengumuman lebih lanjut mengenai proses pengembalian tiket tersebut.

Pengamat musik sekaligus manager band Seringai, Wendi Putranto, menyatakan bahwa bandnya secara mendadak diminta berhenti saat manggung. Waktu itu, masih ada tiga lagu yang seharusnya dimainkan oleh Seringai.

"Ketika @Seringai sedang manggung, tiba-tiba di tengah set, ada tiga atau empat orang panitia meminta kami berhenti dengan alasan instruksi dari kepolisian. Tentu saja kami akan comply dengan peraturan atau kondisi lapangan jika diberitahu dulu sebelumnya, tapi tidak di saat band sedang manggung!" ujarnya.

Selain hal itu, Wendi juga menyoroti pemilihan venue Istora Senayan yang dinilai terlalu kecil. "Kesalahan utama adalah pemilihan venue Istora Senayan untuk festival star studded line-up nasional seperti ini. Indoor Istora itu kapasitas 7000 pax, diisi lebih 10.000 aja tanpa ada panggung-panggung lain aja sudah padat banget traffic crowdnya," cuitnya.

Dia mengatakan, jumlah pengunjung yang melebihi kapasitas menyebabkan pergeseran kerumunan anatar panggung sangat sulit. Apalagi penampil rata-rata merupakan nama besar yang memliki fan base ribuan orang.

"Ngebayanginnya aja ngeri tumplek blek di satu venue. Itu makanya Java Jazz Fest check out dari Senayan lebih dari 1 dekade lalu, udah gak muat lagi," ujarnya.

Selain itu, Wendi mengatakan, crowd control management sangat minim. "Saya masuk venue tanpa dicek ID apalagi bag atau body checking, lenggang kangkung aja. Gokilnya lagi, beberapa kali ketemu gate ke venue atau backstage yang hanya dijaga oleh seorang atau dua orang panitia," ujarnya.