Dalam bahasa Indonesia, kata majas disebut juga gaya bahasa. Majas digunakan dalam materi ilmu kebahasaan. Gaya bahasa majas terdiri dari empat kategori yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas penegasan, dan majas sindiran seperti majas ironi.
Dalam karya sastra, majas sering digunakan untuk mendukung sebuah karya. Bagi pembaca, majas menambahkan kesan imajinatif untuk pembaca. Contohnya saja penggunaan kata majas dalam pantun, puisi, cerpen, dan novel.
Majas memberikan arah emosional untuk pembaca atau pendengar. Kata majas ini umumnya tidak memiliki arti sebenarnya (konotasi). Misalnya majas sarkasme untuk menyindir seseorang menggunakan ejekan.
Majas Sindiran
Majas sindiran adalah gaya bahasa bertujuan untuk menyindir seseorang. Majas sindiran meningkatkan kesan dan makna kata yang dipahami pembaca atau pendengar. Gaya bahasa ini dapat ditemukan dalam teater atau film. Beberapa tokoh mengucapkan kata-kata yang bermaksud menyindir seseorang atau kelompok. Majas sindiran ini bisa dibalut dengan humor.
Majas sindiran terdiri dari lima jenis, sebagaimana dikutip dari buku Ultra Lengkap Peribahasa Indonesia, Majas, Plus Pantun, Puisi, dan Kata Baku:
1. Majas Ironi
Jenis majas paling halus dari majas sindiran. Majas ironi mengandung sindiran halus berupa kata yang bertentangan dari makna sesungguhnya. Sifat majas ironi untuk menutupi kata-kata yang berbeda dari yang diucapkan. Tetapi lawan bicara akan memahami maksud ungkapan tersebut.
Contoh Kalimat Majas Ironi
- Hebat sekali siswa itu, sampai harus tinggal kelas
- Bagus benar tulisanmu, sampai aku tidak bisa membacanya
- Bagus sekali gambar kamu sukanya mencoret-coret tembok
- Cepat benar kau datang sampai para undangan meninggalkan tempat ini
- Bersih sekali kamar ini sampai sampah terlihat dimana-mana
2. Majas Sinisme
Jenis majas yang mengungkapkan kata sindiran kasar. Majas sinisme dipakai untuk mengkritik dan mencemooh sesuatu. Majas sinisme menggunakan sindiran terang-terangan pada lawan bicara.
Contoh Kalimat Majas Sinisme
- Apakah dia tak punya hati? Teganya meninggalkan anak dan istri sangat lama
- Bau mulutmu memabukkan. Apakah kau tidak pernah gosok gigi?
- Merdu sekali suaramu sampai pecah gendang telinga
- Perbuatanmu sangat memalukan bikin malu orang sekampung
- Tak berkata pun aku sudah bosan mendengar ocehanmu
- Ingin kupatahkan lehernya setelah kejadian itu
3. Sarkasme
Sarkasme adalah majas sindiran menggunakan kata konotasi kasar dan blak-blakkan. Penyampaian kata sarkasme dipakai ketika emosi memuncak. Majas sarkasme menggunakan sindiran menyakitkan untuk lawan bicara.
Contoh Kalimat Majas Sarkasme
- Dasar buaya seenaknya membuangku begitu saja
- Dasar gajah, tak lihatkah kau aku sudah berdiri lama di depanmu
- Kamu hanya sampah masyarakat tahu!
- Putih benar wajahmu sampai aku bisa sendiri bedaknya
- Orang ber IQ rendah sepertimu tak akan bisa lulus ujian
4. Majas Satire
Jenis majas sindiran yang menggabungkan majas sarkasme dan ironi. Majas satire ini dipakai untuk mengejek dan menertawakan objek. Penggunaan gaya bahasa untuk menguatkan makna.
Contoh Kalimat Majas Satire
- Percuma saja kau memiliki badan besar, bahkan mengangkat pot bunga saja tak bisa
- Apa matamu buta? Barang sebesar ini tak bisa dilihat. Ah besar saja, kau harusnya memakai kaca pembesar
- Apa kau tidak punya baju lain? Tiap hari pakai baju sama
5. Majas Innuendo
Majas innuendo adalah gaya bahasa yang dipakai untuk mengecilkan fakta. Artinya fakta yang ditakuti seseorang yang kita sindir. Tetapi fakta yang ditakutkan tersebut seolah diremehkan oleh lawan bicara. Dalam percakapan, lawan bicara tidak terlalu mengkhawatirkan fakta tersebut.
Contoh Kalimat Majas Innuendo:
- Kau tak perlu khawatir tidak diterima di universitas yang kau tuju. Lagian kau hanya ditolak satu universitas, bukan ditolak seluruh alam semesta.
- Kamu bisa berhenti seolah-olah ingin mati. Kamu mungkin gagal menjadi juara di kejuaraan, bukan berarti kamu kehilangan separuh nyawamu.
- Tidak usah takut, anggap saja penonton disana rumput bergoyang diterpa angin.