IDAI Peringatkan Bahaya Campak yang Lebih Mematikan dari Covid-19

ANTARA FOTO/Rahmad/nym.
Petugas menyuntikkan vaksin difteri tetanus (DT) saat pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di SDN 1 Lhokseumawe, Aceh, Kamis (1/12/2022).
Penulis: Andi M. Arief
20/1/2023, 05.05 WIB

Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI mengingatkan bahaya wabah campak yang disebut lebih mematikan daripada Covid-19. Peringatan itu disampaikan seiring dengan pengumuman Kementerian Kesehatan yang menetapkan 53 Kejadian Luar Biasa penyakit campak di 34 kabupaten/kota yang tersebar di 12 provinsi di Indonesia. 

Ketua Unit Kerja Koordinasi Penyakit Infeksi Tropik IDAI Anggraini Alam mengatakan pasien yang terkena campak memiliki beberapa komplikasi, seperti gangguan pendengaran, diare, pneumonia, pembengkakan otak, atau kebutaan. Potensi seorang pasien terkena pneumonia mencapai 6%.

Meski potensi dampak ikuta pneumonia kecil, Anggraini menyebut bahayanya cukup besar. Dia menyebut pasien campak yang memiliki komplikasi pneumonia memiliki persentase kematian sekitar 56% - 86%. Angka ini menunjukkan tingkat kematian akibat komplikasi pneumonia yang ditimbulkan campak mencapai 5,16%.

"Covid-19 itu saat ini sudah menjangkit lebih dari 650 juta penduduk global dengan angka kematian di bawah 1%. Campak ini angka kematiannya jauh lebih tinggi," kata Anggraini dalam konferensi pers virtual, Kamis (19/1).

Selain tingkat kematian, Anggraini mencatat tingkat penularan campak jauh lebih tinggi dari Covid-19. Seperti diketahui, tingkat penularan maksimum Covid-19 terbesar adalah pada varian Omicron atau lebih dari 7,5% dengan estimasi orang yang terinfeksi mencapai 10%.

Sementara itu, tingkat penularan maksimum campak mendekati 12,5% dengan estimasi orang yang terinfeksi lebih dari 17,5%. Menurut Anggraini, secara sederhana, seseorang yang terjangkit campak dapat menularkan penyakitnya ke 12-18 orang dalam satu waktu.

Lebih jauh ia mencontohkan tidak adanya dampak kepada masyarakat pedesaan saat pandemi Covid-19 menyerang. Namun masyarakat pedesaan pun terdampak saat wabah campak menyerang pada September 2017 - Januari 2018.

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief