Presiden Joko Widodo optimistis situasi ekonomi Indonesia dan global tahun ini semakin baik. Meski demikian, ia mengingatkan semua pihak bahwa resesi masih bisa terjadi.
Pernyataan Jokowi ini merespons laporan Dana Moneter Internasional (IMF) yang menyebut resesi global kemungkinan tidak terjadi. Presiden mengatakan laporan tersebut baru berdasarkan kondisi ekonomi dunia pada akhir 2022.
"Bukan berarti resesi tidak terjadi, bisa saja belum," kata Jokowi usai Mandiri Investment Forum di Jakarta, Rabu (1/2).
Oleh sebab itu, Jokowi memilih untuk tetap optimistis, namun menjaga kewaspadaan. Dalam pidatonya, Presiden memperkirakan ekonomi RI tumbuh hingga 5,3% tahun lalu, sedangkan inflasi masih terjaga di 5,5% secara tahunan.
"Kalau melihat ini tidak optimistis, keliru. Namun tetap hati-hati dan waspada," katanya.
Sebelumnya, IMF merevisi ke atas perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini menjadi 2,9%, lebih tinggi 0,2 poin dari perkiraan Oktober lalu.
Harapan positif datang dari pembukaan ekonomi Cina. Negeri Panda sebelumnya melakukan lockdown yang membuat ekonominya melambat. "Namun pertumbuhan global yang diproyeksikan untuk 2023 dan 2024 berada di bawah rata-rata tahunan historis 2000-2019 sebesar 3,8%," kata IMF dikutip dari laporannya, Selasa (31/1).
Laporan itu juga menunjukkan prospek lebih cerah bagi negara-negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi emerging market tahun ini diperkirakan 4%, meningkat dari tahun lalu 3,9%. Namun sekitar separuh dari negara berkembang memiliki pertumbuhan yang lambat dari tahun lalu.
Pertumbuhan di negara maju diperkirakan melambat tajam dari 2,7% tahun lalu menjadi 1,2% tahun ini, sebelum kembali naik tahun depan ke 1,4%. Hampir 90% dari perekonomian di negara maju akan mengalami penurunan pertumbuhan tahun ini.