Ujang yang juga Direktur Eksekutif Political Review mengungkapkan, dia pernah melakukan riset terkait perilaku pemilih dalam pemilu dan juga politik uang.

“Jadi, dari riset yang sudah saya lakukan dan bisa dipertanggungjawabkan, sebagian besar pemilih justru ingin politik uang dilakukan di hari H dan bukan H-2 atau H-3. Jadi, istilah serangan fajar itu memang nyata, selama pendidikan dan pendapatan masih rendah serta penegakan hukum belum optimal, sangat sulit untuk menghilangkan politik uang dalam pemilu,” katanya.

Sementara itu, Ekonom Faisal Basri mengaku pesimistis Indonesia bisa mendapatkan pemilih yang baik. Kalau pun ada, calon pemimpin itu harus mengikuti agenda yang dituntut oleh kelompok muda yang merupakan 2/3 persen suara pemilih dalam pemilu nanti.

Faisal  membayangkan adanya gerakan kultural seperti yang dilakukan BTS Army di Amerika sehingga membuat Donald Trump tidak berkutik di masa kampanye.

"Karena kampanye di AS itu pakai tiket dan semua tiket diborong oleh BTS Army dan Donald Trump shock. Di Indonesia, BTS Army kan juga banyak, jutaan, kalau mereka merasa terancam, mereka bisa melakukan gerakan sosial. Mereka juga melakukan gerakan sosial menyelamatkan bumi dari kerusakan,” jelas Faisal.

Menurut Faisal, gerakan seperti yang dilakukan BTS Army ini bisa diterapkan untuk mendapatkan pemilu yang bersih.

Kurious adalah unit survei panel yang berbasis komunitas online yang dikembangan Katadata Insight Center, untuk melakukan survei cepat dengan berbagai topik.

Katadata Insight Center, Kurious dan Katadata hari ini meluncurkan Microsite Katadata Pemilu 2024 yang akan menyajikan data & informasi seputar Pemilu. Microsite dapat diakses melalui https://katadata.co.id/pemilu2024.

Halaman: