Wapres Temukan Polarisasi Jelang 2024, Tempat Ibadah Dipakai Kampanye

ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Wakil Presiden Maruf Amin (kedua kiri) dan rombongan melihat artefak peninggalan Rasulullah SAW dan para sahabat Nabi saat membuka Festival Jelajah Nusantara (FJN) Di Museum Situs Kepurbakalaan Kesultanan Banten, di Serang, Minggu (16/2/2020).
13/3/2023, 14.06 WIB

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan polarisasi sosial akibat Pemilihan Umum atau Pemilu 2024 sudah mulai terlihat. Oleh karena itu, Wapres Ma'ruf mengimbau para perangkat Pemilu agar pengalaman politik identitas pada Pemilu 2019 tidak terulang.

Ma'ruf menilai pakta integritas antar partai politik dapat menjadi salah satu jalan untuk mencegah polarisasi tersebut. Pasalnya, polarisasi tersebut telah dilakukan oleh sebagian pihak.

"Saya kira sudah ada polarisasi menuju Pemilu 2024, sudah pernah dilihat prakteknya. Misalnya, memakai masjid sebagai tempat kampanye, itu salah satu indikasi," kata Wapres Ma'ruf di sela-sela "Dialog Kebangsaan Bersama Partai Politik dalam Rangka Persiapan Pemilu 2024", Senin (13/3).

Ma'ruf berpendapat hal tersebut dapat menyebar ke tempat ibadah agama lain. Selain itu, kampanye di tempat ibadah dinilai dapat menyebar ke tempat-tempat pendidikan jika tidak dicegah.

"Nanti pembelahan bukan hanya terjadi di masyarakat, tapi juga di dalam pesantren, masjid, tempat-tempat ibadah," kata Ma'ruf.

Ma'ruf mengakui tujuan partai politik menjadi peserta Pemilu adalah menjadi pemenang. Namun Ma'ruf mengingatkan para politikus untuk tidak menimbulkan perpecahan di masyarakat.

Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian mengatakan polarisasi merupakan dampak wajar terjadinya Pemilu. Tito juga menyiapkan dua strategi untuk meredam polarisasi yang akan terjadi pada tahun depan.

Pertama, mempersingkat masa kampanye Pemilu 2024 menjadi 75 hari. Artinya, masa kampanye Pemilu tahun depan lebih singkat hampir 72 persen dari kampanye Pemilu 2019 sekitar 266 hari.

Pertimbangannya, Tito menilai masa kampanye adalah waktu paling rawan terjadinya polarisasi. "Jadi, kurang lebih masa kampanye dua bulan ini akan mengurangi potensi keterbelahan," kata Tito.

Kedua, mengumumkan nilai-nilai kebangsaan yang asli Indonesia. Nilai yang dimaksud Tito adalah pluralisme, kebhinnekaan, dan persatuan bangsa.

Menurutnya, hal tersebut harus didengungkan pada masa kampanye berlangsung oleh semua pihak. Tito menilai nilai-nilai tersebut harus disosialisasikan dalam setiap kegiatan, seperti kesenian, olah raga, hingga akademik.

"Selain itu di platform yang lebih rawan lagi, yaitu platform media sosial. Ini harus digaungkan terus menerus oleh berbagai pihak yang peduli kepada bangsa ini," kata Tito.

Reporter: Andi M. Arief