Sikap PDIP di Piala Dunia U20: Penolakan Dua Kader Berujung Penyesalan
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) terseret dalam kontroversi batalnya Piala Dunia U20. Ini karena Partai Banteng sejak awal menolak kedatangan timnas Israel.
Dua kader PDIP yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali I Wayan Koster juga menolak kehadiran tim Israel. Ujungnya, FIFA mencabut status tuan rumah Indonesia untuk menggelar Piala Dunia U20.
Meski demikian, PDIP akhirnya menyesali keputusan FIFA ini. Mereka juga mengaku sedih saat mendengar Piala Dunia U20 tak digelar Indonesia.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto bahkan menyoroti FIFA yang saat ini menerapkan standar gandar terhadap Israel. Pasalnya, Rusia telah dicoret dari negara yang berhak mengikuti Piala Dunia setelah invasinya ke Ukraina.
"Harusnya FIFA melakukan yang sama dengan Israel. Sekiranya itu terjadi, kami akan jadi tuan rumah yang paling baik di dunia," kata Hasto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (30/3).
Dikutip dari berbagai pemberitaan, ini kronologis sikap partai besutan Megawati Soekarnoputri tersebut hingga berujung kecewa karena Piala Dunia U20 batal.
Surat Penolakan Koster
Gubernur Bali I Wayan Koster mengirimkan surat kepada Pelaksana tugas Menteri Pemuda dan Olahraga Muhadjir Effendy. Isinya, penolakan kehadiran tim nasional Israel di Bali untuk pertandingan Piala Dunia U20.
Padahal, panitia pertandingan telah menyiapkan Stadion Kapten I Wayan Dipta di Kabupaten Gianyar, Bali untuk pertandingan. Koster beralasan kebijakan luar negeri pemerintah Israel terkait Palestina bertentangan dengan pemerintah Indonesia.
“Saya sudah terima, komunikasi, dan diskusi. Kesimpulan saya, dan semoga kesimpulan saya sama dengan pak Gubernur, surat tersebut masih koma, belum titik,” kata pelaksana tugas Menteri Pemuda dan Olahraga Muhadjir Effendy pada Selasa (21/3).
Tak hanya itu, Ganjar Pranowo juga menyuarakan penolakan terhadap kehadiran Israel dengan alasan amanat Soekarno Padahal, Stadion Manahan di Solo, Jawa Tengah merupakan salah satu venue pertandingan.
Belakangan Hasto menjelaskan sikap sejawatnya itu karena mempertimbangkan keamanan. Hasto mengatakan Koster trauma kejadian bom Legian terulang.
"Beliau menerima masukan akan potensi eskalasi dari kedatangan Israel untuk merespons kekejaman di Tepi Barat," kata Hasto dalam agenda diskusi seperti disiarkan televisi CNN Indonesia pada Selasa (30/3).
Pertanyakan Sikap FIFA
PDIP juga sempat mempertanyakan sikap FIFA yang disebutnya menerapkan standar ganda soal kepesertaan Israel. Ia mengambil contoh Rusia yang ditendang dari play-off Piala Dunia Qatar karena menginvasi Ukraina.
"FIFA seharusnya memperhatikan aspek Israel yang melakukan pelanggaran tak boleh ikut serta dalam U20," kata Hasto pada Rabu (29/3).
PDIP menyarankan Erick melobi FIFA agar menyiapkan solusi bagi pertandingan Israel. Salah satu ide yang beredar adalah menggelar pertandingan Israel di negara tetangga RI.
"Kami tak masalah dengan solusi demikian," katanya.
Sesalkan Pembatalan Status Tuan Rumah
Pada akhirnya, PDIP harus gigit jari usai FIFA mengambil sikap. Alih-alih menyingkirkan Israel, FIFA malah membatalkan status tuan rumah Indonesia.
Presiden FIFA Gianni Infantino menyoroti adanya penolakan hingga tingkat pemerintah daerah. Hal tersebut dipandang sebagai bentuk intervensi yang menjadi alasan gagalnya RI menjadi tuan rumah.
"Dengan keberatan-keberatan yang disampaikan, tentu FIFA lihat ini sebuah intervensi," kata Ketua Umum PSSI Erick Thohir di Kantor Presiden, Jumat (31/3).
Hasto mengatakan pihaknya sedih dan menyesalkan keputusan FIFA tersebut. Ia juga menjelaskan penolakan yang dilakukan PDIP atas kedatangan Israel untuk menyuarakan kemanusiaan terhadap nasib Palestina.
"Untuk diingat, Stadion Gelora Bung Karno lahir sebagai penolakan terhadap Israel," kata Hasto saat konferensi pers di GBK, Jakarta, Kamis (31/3).