Fenomena El Nino atau pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal diprediksi akan berdampak kepada produksi kelapa sawit yang berimbas mengerek harga sawit dan produk turunannya termasuk minyak goreng. Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan Kasan mengatakan perkiraan itu setelah mendapatkan laporan dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki.
"Gapki melaporkan akan ada sedikit penurunan produksi kelapa sawit," ujar Kasan dalam media briefing di Kantor Kemendag, Jakarta, Kamis (27/4).
Fenomena El Nino diperkirakan akan mengerek kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit. Sehingga, bakal berimbas terhadap harga minyak goreng yang akan tinggi di pasaran.
Kemendag menetapkan langkah antisipasi dengan menetapkan besaran rasio ekspor khusus untuk minyak goreng. Rasio ekspornya diturunkan dari yang sebelumnya sebesar 450 ribu ton menjadi 300 ribu ton per bulan.
"Kondisi hak ekspor yang ada saat ini masih cukup untuk teman-teman para produsen atau eksportir melakukan kegiatan ekspornya, dari hak ekspor yang ada saat ini maupun dari yang jumlah deposito akan dicairkan secara bertahap selama 9 bulan," ujar Kasan.
Kemendag bersama dengan Kementerian Pertanian, dan Badan Pangan Nasional, akan tetap memonitor pergerakan pasokan pangan termasuk kelapa sawit. Tujuannya untuk mengamankan pasokan pangan.
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa mengatakan, hal lain yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi fenomena El Nino yakni dengan melihat dari dua sisi, hulu dan hilir.
Adapun dari sisi hulu yaitu, perlu adanya peningkatan produksi pangan khususnya kelapa sawit dengan berbagai cara, agar fenomena tersebut tidak membuat harga minyak goreng tinggi. Upaya ini menjadi wilayah yang harus ditangani oleh Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian.
"Namun untuk di sisi hilir, maka kita harus melakukan langkah-langkah penguatan stok, penguatan cadangan pemerintah," ujar Ketut.
Ketut mengatakan dampak El Nino juga dapat berimbas pada harga pangan yang menjadi tidak stabil, hingga pasokan pangan yang diprediksi akan mengalami kekurangan. Untuk itu, dalam rangka menjaga pasokan dan stabilisasi harga, Bapanas telah menetapkan cadangan pangan khususnya minyak goreng.
"Ini tahap awal sebanyak kurang lebih sebanyak 100.000 ton, ini kita perintahkan kepada Bulog dan ID Food untuk menyiapkan cadangan pangan tersebut dan akan digunakan dalam rangka stabilisasi pasokan maupun harga," kata Ketut.
Dia meminta agar Bulog kedepannya bisa menjadi distributor pertama dalam penyaluran cadangan pangan minyak goreng. Dengan demikian, diharapkan dapat membentuk harga yang lebih terjangkau di pasaran.
"Oleh karena itu kita akan perkuat Bulog dan ID Food dalam rangka distribusi minyak goreng, Minyak Goreng Kita, maupun minyak goreng curah," ujarnya.
Dikutip dari Databoks Katadata, terdapat 20 provinsi dengan penjualan harga minyak goreng di bawah rata-rata nasional. Tiga provinsi dengan harga jual minyak goreng terendah adalah Jambi, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Utara.