Menko Luhut Dukung Budidaya Rumput Laut untuk Alternatif Energi Bersih

ANTARA FOTO/Arnas Padda/hp.
Petani mengangkut hasil panen rumput laut di Kelurahan Letta, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Senin (28/11/2022). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong keseimbangan investasi rumput laut baik di hulu, tengah dan hilir serta meningkatkan nilai tambah dan utilitas industri pengolahan komoditas tersebut guna mendukung penguatan daya saing rumput laut nasional.
29/4/2023, 11.33 WIB

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan mendukung penggunaan energi bersih dan berkelanjutan. Salah satunya dengan pengembangan biofuel dan crude oil berbasis rumput laut.

Transisi energi merupakan salah satu rencana strategis jangka panjang pemerintah Indonesia. Ketergantungan terhadap energi fosil akan dikurangi secara bertahap seiring peningkatan nasional menghasilkan energi bersih alternatif yang ramah lingkungan,

"Indonesia memiliki komitmen kuat untuk optimalisasi potensi kelautan demi terwujudnya blue economy. Salah satu potensi terbesar adalah pendayagunaan rumput laut," kata Luhut dalam pertemuan di PT Sea6 Energy, Jumat (28/4).

Menurutnya, rumput laut merupakan blue natural capital strategis untuk dikembangkan, karena termasuk sektor padat karya dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Saat ini Indonesia menjadi produsen kedua terbesar rumput laut di dunia dengan nilai produksi 9,3 juta ton pada tahun 2022.

"Kondisi perairan tropis di Indonesia menjadi habitat yang cocok untuk budidaya rumput laut, termasuk pengolahan industrinya," sebut Luhut.

Mengacu pada data tahun 2021, komposisi ekspor rumput laut Indonesia didominasi bahan baku rumput laut kering (65%), hanya 35% berupa rumput laut olahan yang bernilai tambah. Secara keseluruhan nilai ekspor rumput laut mencapai sekitar 6% dari total ekspor produk perikanan nasional, dengan penguasaan pangsa pasar dunia sekitar 12%.

Ringkasnya, meski berpotensi besar, rumput laut di Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal.

Padahal rumput laut telah memainkan peran besar dalam adaptasi perubahan iklim dengan menyerap emisi karbon, meregenerasi ekosistem laut, dan sebagai bahan biofuel dan plastik biodegradable.

Kapasitas industri pengolahan rumput laut baru bisa meningkat jika terdapat kerjasama antara industri dan pemerintah.

“Dengan melakukan hilirisasi, nilai tambah di dalam negeri akan meningkat, sehingga pendapatan petani rumput laut akan meningkat," ujar Luhut.

Rencana pemanfaatan rumput laut untuk energi alternatif ini ditargetkan melibatkan lebih dari 15 ribu pekerja, menurunkan emisi karbon, dan menjadi solusi membersihkan laut. Lain itu Luhut turut meminta praktik budidaya ramah lingkungan tanpa menggunakan botol plastik sebagai pelampung.

“Terapkan mekanisasi pemanenan dan penyortiran benih, kembangkan kebun bibit rumput laut secara merata di sentra-sentra budidaya, dan gunakan teknologi sehingga mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi," pesannya.

Di sisi yang sama, PT Sea6 Energy Nelson Vadassery telah berupaya mendukung Sustainable Development Goals. Mereka memanfaatkan berbagai teknologi untuk mengembangkan pengelolaan rumput laut di hulu dan hilir, di antaranya memantau lokasi budidaya dengan drone, penentuan lokasi perluasan budidaya menggunakan analisis satelit, dan memanfaatkan kecerdasan buatan.