Kemenkes Bentuk EMT untuk Turunkan Angka Kematian Jemaah Haji 2023

ANTARA FOTO/Makna Zaezar/foc.
Sejumlah calon jemaah haji mengikuti bimbingan manasik haji reguler di Masjid Al Falah, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kamis (11/5/2023). Kementerian Agama (Kemenag) mengungkapkan pemerintah Indonesia mendapatkan tambahan 8.000 kuota haji dari pemerintah Arab Saudi dan sudah terkonfirmasi dalam aplikasi e-Hajj, dengan penambahan itu total kuota jemaah haji tahun 2023 menjadi sebanyak 229.000 orang dari sebelumnya 221.000 orang.
Penulis: Dini Pramita
18/5/2023, 16.01 WIB

Kementerian Kesehatan menyiapkan Emergency Medical Team (EMT) untuk menangani kondisi kedaruratan medis pada penyelenggaraan haji 2023 ini. Tim ini dibentuk untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian jemaah haji Indonesia di Arab Saudi.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Liliek Marhaendro mengatakan EMT akan diisi oleh berbagai dokter spesialis yang akan ditempatkan di setiap sektor agar dapat menangani jemaah haji yang sakit dengan segera. "Ini merupakan salah satu strategi penyelenggaraan kesehatan haji tahun ini," kata dia dalam keterangan pers Kamis (18/5).

Tim EMT beranggotakan 15 dokter spesialis yang terdiri dari bidang anestesi, penyakit dalam, bedah, saraf dan jantung dan 12 dokter umum. Untuk membantu tugas para dokter di dalam EMT, Kemenkes menyiagakan 43 perawat IGD/ICU/ER.

Tim itu akan disiagakan untuk melayani kesehatan di 5 sektor di area Madinah dan 11 sektor di Mekkah yang berdekatan dengan pondokan jemaah haji. Selain itu, tim disiagakan pula di pos sektor khusus antara lain Masjid Nabawi, Terminal Syib Amir Masjidil Haram, Arafah, dan Mina.

Menurut Liliek, EMT akan selalu mengikuti pergerakan jemaah haji, terutama pada fase Armuzna. "Ini bertujuan untuk memudahkan para jemaah haji dalam mengakses pelayanan kesehatan, khususnya ketika terjadi kondisi darurat yang tak dapat ditangani oleh tenaga kesehatan haji yang berada di kloter."

Pada pelaksaan haji 1443H/2022 lalu, Kemenkes mencatat jumlah jemaah haji yang wafat sebanyak 89 orang. Terdiri dari 87 jemaah haji reguler dan dua jemaah haji khusus. Adapun penyebab kematian terbanyak adalah penyakit jantung.

Dari jumlah itu, sebanyak 27 jemaah wafat pada masa pra-Armuzna atau Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Sebanyak 16 jemaah wafat pada masa Armuzna. Sementara 46 jemaah wafat pada masa setelah puncak haji Armuzna.

Untuk menjalankan tugasnya, Liliek menjelaskan EMT akan berkolaborasi dengan Tim Penanganan Krisis Pertolongan Pertama Pada Jemaah Haji (PKP3JH), Tim Perlindungan Jemaah Haji, dan petugas layanan lansia yang direkrut khusus oleh Kementerian Agama.

EMT sebelumnya dikenal dengan nama Tim Gerak Cepat. Tim ini dibentuk untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada jemaah haji yang memerlukan penanganan medis segera. Tim ini bertugas untuk melakukan pendeteksian dini terhadap kondisi kesehatan jemaah, melakukan tindakan tanggap darurat medis, dan melakukan rujukan bagi jemaah haji yang membutuhkan perawatan di KKHI dan RSAS.