Luhut Ajak Dunia Jangan Hanya Berwacana Soal Penurunan Emisi Karbon

Katadata
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan meminta dunia agar tidak hanya berwacana dalam upaya penurunan emisi karbon global. Indonesia telah menunjukkan upaya nyata dengan membuat peta jalan menuju Net Zero Emission 2060.
Penulis: Happy Fajrian
6/6/2023, 15.09 WIB

Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengajak masyarakat dunia tidak hanya sekadar wacana dalam upaya menurunkan emisi karbon global.

Menurutnya Indonesia telah menunjukkan upaya nyata penurunan emisi karbon dengan membuat peta jalan yang jelas untuk mencapai target net-zero emission (NZE) pada 2060, tanpa harus mengganggu upaya mengejar tingkat pertumbuhan ekonomi demi kesejahteraan rakyat.

Hal tersebut ia sampaikan saat berbicara dalam diskusi panel Ecosperity yang diselenggarakan Temasek Foundation di Singapura, Selasa (6/6). Luhut tampil dalam diskusi panel bersama Menteri Keberlanjutan dan Lingkungan Singapura Grace Fu dan mantan Menteri Lingkungan dan Perubahan Iklim Kanada Catherine McKenna.

“Sudah terlalu sering kita berwacana tetapi tidak ada hasil yang nyata dalam upaya mencegah kenaikan suhu bumi 1,5° Celcius. Saya mengajak semua pihak untuk melakukan aksi nyata dan itu bisa dilakukan di Indonesia karena begitu banyak proyek yang bisa dikerjakan di Indonesia,” kata Luhut.

Adapun Presiden Joko Widodo dijadwalkan berbicara pada hari kedua Ecosperity untuk berbicara dalam tema “Net-Zero Cities” dengan menyampaikan visi pembangunan kota yang hijau dan Nusantara sebagai model pembangunan Forrest City.

Dia menegaskan bahwa Indonesia telah membuat peta jalan menuju net-zero emission. Lima langkah yang ditetapkan pemerintah dilakukan mulai dari transisi dari energi fosil ke energi terbarukan, pengembangan mobil listrik, hingga penggunaan sumur-sumur minyak yang sudah tidak beroperasi untuk penyimpanan CO2.

Luhut juga menjelaskan soal pengembangan baterai untuk kendaraan listrik yang transisinya dimulai dengan pelarangan ekspor nikel dalam bentuk mentah hingga pembangunan industri daur ulang dari baterai-baterai itu ketika sudah habis masa pakainya.

Tantangan yang dihadapi Indonesia untuk menjalankan peta jalan yang sudah disusuin itu, menurut Luhut adalah pendanaan. “Banyak yang datang untuk menawarkan, tetapi tingkat suku bunga yang ditawarkan adalah tingkat suku bunga komersial,” jelas Luhut.

Sepanjang pendanaan untuk pengembangan proyek hijau masih menjadi kendala, menurut Menko Marves, upaya untuk menurunkan emisi gas buang akan sulit tercapai.

“Salah satu yang harus kita lakukan bersama adalah membuat global blended finance. Sebab, masalah pemanasan global ini merupakan masalah dunia dan tidak bisa dilakukan negara secara sendiri-sendiri,” tegas Luhut.

Ia menegaskan lagi tentang tanggung jawab kepada generasi mendatang. “Cucu saya yang sekolah di AS sering mengingatkan saya untuk tidak membuat kebijakan yang akhirnya membebani mereka di masa mendatang,” ujar Luhut.

Menteri Grace Fu dan Menteri Chaterine McKenna sepandangan dengan Luhut tentang perlunya upaya bersama dari masyarakat dunia untuk menangani persoalan pemanasan global. Fu melihat blended finance bisa menjadi solusi untuk membuat berbagai proyek yang kemudian menjadi percontohan.

“Baik pemerintah maupun swasta harus bersama-sama mau mengeluarkan anggaran dan menjadikan sebagai blended finance. Tentu kita secara transparan dan dengan tata kelola yang baik harus membuat proyek-proyek yang benar-benar baik agar bisa menjadi percontohan,” ujarnya.

Namun di samping proyek-proyek besar, Fu mengajak dunia usaha dan juga karyawan untuk membuat inovasi di lingkungan perusahaan masing-masing yang bisa berkontribusi menurunkan emisi gas buang. Ia mencontohkan inisiatif Temasek Foundation untuk membuat pembersih udara dengan menggunakan sabut kelapa.

“Saya kita banyak di sekitar kita barang-barang yang bisa dimanfaatkan untuk membuat sesuatu yang bisa menurunkan penggunaan energi maupun emisi gas buang,” tutur Menteri Lingkungan Singapura itu.