PDIP Jawab Kritik Surya Paloh soal Revolusi Mental Jokowi

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/tom.
Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto memberi sambutan saat kegiatan Pendidikan Kaderisasi Perempuan di Sekolah Partai DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (23/2/2023).
Penulis: Ade Rosman
18/7/2023, 09.11 WIB

Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Hasto Kristiyanto menyentil balik Ketua Umum Partai Nasional Demokrat Surya Paloh yang menyebut gagasan revolusi mental yang digagas Presiden Joko Widodo sejak 2014 belum sesuai harapan. Hasto mengatakan, seharusnya Partai Nasdem mengintrospeksi internalnya terlebih dahulu sebelum menyinggung kubu lain.

Menurut Hasto salah satu faktor belum optimalnya gagasan revolusi mental dikarenakan pada saat itu ada yang menyalahgunakan hukum melalui kewenangan. Ia mencontohkan adanya dugaan penyalahgunaan kewenangan oleh Jaksa Agung saat dijabat orang Nasdem. 

"Salah satu aspek revolusi mental mengalami hambatan karena saat itu ada yang menyalahkan hukum melalui Jaksa Agung sebagai instrumen kekuasannya," kata Hasto kepada wartawan di INews Tower, Jakarta Pusat, Senin (17/7).

Ia mengatakan, seharusnya Surya Paloh melakukan otokritik sebelum melayangkan statement yang menyinggung kubu lain. Menurutnya, seharusnya statement yang dilayangkan pada publik sudah melalui kajian yang objektif.

Tak hanya menjawab kritik, Hasto balik menyinggung mental para kader Nasdem. Ia menyoroti kondisi di lapangan saat Surya Paloh menyampaikan kritik soal Revolusi mental kursi peserta telah banyak kosong.

"Jadi pesertanya sudah pergi kalau saya lihat monitoringnya," kata Hasto.

Sebelumnya, Surya Paloh melayangkan kritik revolusi mental Jokowi saat kegiatan Apel Siaga Perubahan Partai NasDem di Gelora Bung Karno, pada Minggu (16/7). Surya mengatakan awalnya Nasdem mendukung Jokowi karena beranggapan memiliki visi yang sama mengenai gerakan untuk perubahan yang selaras dengan konsep revolusi mental ala Jokowi.

Menurut Surya revolusi mental identik dengan gerakan perubahan yang diusung Nasdem.  Dengan mendukung Jokowi saat itu, kata dia, Nasdem berharap akan ada kemajuan dalam berbangsa dan bernegara.

"Tapi sayang seribu kali sayang, sayang seribu kali sayang, harapan belum menjadi kenyataan," kata Surya. 

Ia berpendapat Indonesia belum mencapai kemajuan yang signifikan. Dalam pidato tersebut, ia menyampaikan pandangan mengenai nilai-nilai bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi gotong royong, semangat tepa selira, kini berubah menjadi individualistik dan lebih mengutamakan hubungan yang transaksional.

Reporter: Ade Rosman