Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) telah mengajukan proses pra studi kelayakan proyek perpanjangan trayek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) hingga Surabaya, Jawa Timur. Proyek ini nantinya akan masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
“Tentu kami akan pelajari tentang rutenya di mana, fisibilitasnya bagaimana, anggarannya seperti apa. Itu dalam tahap kajian," ujar Budi di Istana Merdeka Jakarta pada Rabu (22/5).
PT KCIC merupakan operator Whoosh, yang sebelumnya dikenal dengan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB). KCIC adalah perusahaan patungan antara konsorsium perusahaan perkeretaapian Tiongkok, melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd dan konsorsium BUMN yang membentuk PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
Komposisi pemegang saham PSBI yaitu PT Kereta Api Indonesia 51,37%, PT Wijaya Karya 39,12%, PT Perkebunan Nusantara I 8,30%, dan PT Jasa Marga 1,21%. Adapun komposisi pemegang saham Beijing Yawan HSR Co. Ltd yaitu CREC 42,88%, Sinohydro 30%, CRRC 12%, CRSC 10,12%, dan CRIC 5%.
Menurut Budi studi kelayakan pengerjaan proyek kereta cepat Jakarta - Surabaya akan dilakukan dengan teliti. Hal itu memastikan pembangunan bisa dijalankan dengan baik.
Whoosh ditetapkan sebagai salah satu PSN dalam Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016. Dalam pengembangannya, KCIC beroperasi tanpa bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun jaminan Pemerintah Indonesia.
Pembangunan proyek Kereta Cepat Whoosh diperoleh dari dana pinjaman China Development Bank sebanyak 75%. Sedangkan 25% merupakan setoran modal pemegang saham, yaitu gabungan dari PT PSBI sejumlah 60% dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd. senilai 40%.
Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta Cina segera merampungkan studi kelayakan alias feasibility study ihwal perpanjangan trayek KCJB hingga Surabaya. Jokowi menyampaikan pesan tersebut saat pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi di Istana Merdeka Jakarta pada Kamis (18/4).
Pertemuan terbatas itu juga turut dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Duta Besar Cina untuk Indonesia, Lu Kang. Retno menyampaikan bahwa Jokowi meminta Cina untuk mempercepat studi kelayakan proyek penyambungan trase jalur hingga wilayah timur Pulau Jawa.
Dalam kesempatan itu Jokowi juga meminta Cina untuk melakukan transfer pengetahuan, keterampilan, atau teknologi terkait teknis, penelitian maupun produksi langsung kereta cepat ke Indonesia. "Bapak Presiden juga mendorong adanya alih teknologi," ujar Retno.