Gunung Semeru enam kali erupsi pada Kamis pagi sejak pukul 00.00 hingga 06.00 WIB, menurut catatan Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Akan tetapi, tidak terpantau visual letusan karena tertutup kabut.
“Visual letusan tidak teramati dan saat laporan itu dibuat, erupsi masih berlangsung," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Liswanto dalam keterangan tertulis, Kamis (4/7).
Erupsi pertama terjadi pada pukul 00.12 WIB. Selang beberapa menit, kembali erupsi pada pukul 00.27 WIB, lalu pukul 00.36 WIB, pukul 01.04 WIB, pukul 05.12 WIB, pukul 05.31 WIB dan 05.43 WIB.
Jumlah erupsi Gunung Semeru sejak 1 Januari hingga 4 Juli sebanyak 638 kali letusan menurut tercatat petugas.
Sementara itu, erupsi Gunung Lewotobi laki-laki di Nusa Tenggara Timur tercatat 295 kali, Gunung Marapi di Sumatera Barat 209 kali, dan Gunung Ibu di Maluku Utara 188 kali.
Hasil analisis dan evaluasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menunjukkan, tingkat aktivitas Gunung Semeru tetap pada level III atau siaga hingga 30 Juni, dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan ancaman bahaya terkini.
Oleh karena itu, ada beberapa rekomendasi yang harus dipatuhi masyarakat yakni:
- Tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak erupsi
- Di luar jarak tersebut, masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) pada sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak
- Warga dilarang beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah/puncak Gunung api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar)
- Mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar, di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan